Wednesday, October 29, 2008

Jadikan Bahasa Indonesia Tuan Rumah di Negeri Sendiri

[JAKARTA] Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Bambang Sudibyo, mengatakan, tanpa kompetensi bahasa, pendidikan akan gagal. Sayangnya, bangsa ini kurang serius menjadikan bahasa Indonesia sebagai identitas, seolah terjadi kekurangyakinan pada identitas keindonesiaan yang telah diikrarkan dalam Sumpah Pemuda.

"Salah satunya adalah pada perilaku berbahasa masyarakat yang kurang menempatkan bahasa nasional. Karena itu, dalam diri setiap insan masyarakat Indonesia, harus menjadikan bahasa Indonesia sebagai tuan rumah di negeri sendiri," kata Mendiknas ketika membuka Kongres IX Bahasa Indonesia Internasional, Bahasa Indonesia Membentuk Insan Indonesia Cerdas Kompetitif di Atas Pondasi Peradaban Bangsa, di Jakarta, Selasa (28/10).

Mendiknas prihatin, karena ada kecenderungan kebanggaan terhadap bahasa itu sebagai lambang jati diri bangsa Indonesia di masyarakat telah menurun. Sikap sebagian masyarakat itu tampak pada penggunaan bahasa di ruang publik kota-kota besar di wilayah Indonesia yang tidak menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Sementara itu, Kepala Pusat Bahasa Depdiknas Dendy Sugono mengatakan, penyelenggaraan kongres ini sekaligus merupakan peringatan 70 tahun kongres I Bahasa Indonesia di Solo pada tahun 1938. Kongres yang diadakan 5 tahun sekali merupakan forum pembahasan komprehensif masalah kebahasaan dan kesusastraan di Indonesia.

Di tempat terpisah, Dosen Program Studi Bahasa Indonesia, Universitas Indonesia, Asep Sambodja, Selasa, mengatakan, kalau dalam Kongres Bahasa 2008 ini tidak dihasilkan sebuah keputusan untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional, sebaiknya tidak perlu ada kongres-kongresan lagi. Pusat Bahasa yang memiliki kewenangan untuk mengusulkan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional memiliki tanggung jawab moral untuk merealisasikannya.

Terkait dengan itu, sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam himpunan mahasiswa bahasa dan sastra, menggelar aksi unjuk rasa di Bundaran Universitas Tanjungpura, Pontianak, Selasa (28/10). Aksi yang dipimpin Syahroni, sekaligus memperingati 80 tahun Sumpah Pemuda, karena mereka prihatin dengan perilaku sebagian besar pejabat yang belum berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.

Penghargaan

Dalam kongres bahasa 2008 kali ini, dilakukan pemberian penghargaan untuk berbagai kategori. Misalnya, penghargaan untuk tokoh pengajaran bahasa Indonesia di luar negeri diberikan kepada Ulrich Kratz, tokoh pelestarian bahasa dan sastra daerah kepada Suryatati A Manan (Wali Kota Tanjung Pinang), penghargaan Kesastraan Pusat Bahasa adalah Hamsad Rangkuti, Ahmadun Yosi Herfanda, dan Arthur S Nalan.

Untuk penghargaan Adibahasa diberikan kepada Gubernur Provinsi Jawa Timur, Gubernur Provinsi Sumatera Barat, dan Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara. Untuk penilaian penggunaan bahasa di media massa cetak diberikan kepada Koran Tempo, Kompas, Suara Karya, Sinar Harapan, Suara Pembaruan, Media Indonesia dan sejumlah media massa cetak lainnya. Sementara, penghargaan sebagai tokoh masyarakat berbahasa Indonesia lisan terbaik, diberikan kepada Din Samsudin, Marie Elka Pangestu Meutia Farida Hatta, Anas Urbaningrum, dan Maudy Kusnaedy. [146/W-12/M-15]

Sumber: Suara Pembaruan, Rabu, 29 Oktober 2008

No comments: