Bandung, Kompas - Aksara Sunda mulai distandardisasi dengan aplikasi program Unicode. Hal ini bertujuan mempermudah akses mempelajari aksara Sunda sekaligus meningkatkan minat baca masyarakat.
Hal itu dikatakan Perwakilan Konsorsium Unicode, Michael Iverson, dalam peluncuran program Unicode untuk aksara Sunda di Aula Hardjakusumah, Universitas Padjadjaran Bandung, Senin (20/10). Aksara Sunda menjadi bahasa yang keempat setelah bahasa Bugis, Bali, dan Rejang. Dalam acara ini juga turut diperkenalkan peluncuran buku berjudul Direktori Aksara Sunda untuk Unicode.
Menurut Iverson, standar industri mengizinkan teks dan simbol tulisan ditampilkan secara konsisten oleh komputer. Hanya dengan menuliskan kalimat atau kata tertentu, selanjutnya program ini menerjemahkannya ke aksara Sunda. Tujuannya, selain mempermudah membaca naskah aksara Sunda, ia mengharapkan agar program ini bisa membuat masyarakat Sunda semakin akrab dan sering menggunakannya. ”Akan tetapi, yang terpenting dari ini semua, masyarakat semakin sering menggunakan aksara Sunda. Bisa dimulai melalui nama jalan, desain kaus komersial, atau kartu nama dan bisnis,” katanya.
Ciri khas daerah
Ketua Tim Pelaksana Program Unicode bagi Aksara Sunda, Oman Abdurahman, mengharapkan agar ini bisa menjadi salah satu media memelihara aksara Sunda. Sangat disayangkan apabila sebagai ciri khas daerah, aksara Sunda lambat laun menghilang karena jarang digunakan.
Oman juga berharap agar memelihara aksara Sunda tidak berhenti pada pengodean atau penerbitan buku panduan. Alasannya, apabila tidak digunakan dalam keseharian, program ini akan kehilangan tujuan awalnya.
Salah seorang anggota Tim Program Unicode bagi Aksara Sunda, Dian Nugraha, mengatakan, masih ada hal yang harus disempurnakan dari program ini. Untuk jangka pendek, pihaknya akan melakukan standardisasi dan implementasi pola pasangan dalam huruf Sunda. Misalnya, pada pola pasangan yang belum distandardisasi, seperti ”sy” atau ”kh”. Selain itu, akan dilakukan juga standardisasi huruf yang belum masuk. Saat ini, baru 53 aksara Sunda yang sudah masuk dalam program ini.
Menanggapi hal ini, Rektor Universitas Padjadjaran Ganjar Kurnia yakin, program ini bisa menjembatani eksistensi aksara Sunda. Baik sebagai program penelitian atau sekadar memberikan pengetahuan dan merangsang keingintahuan masyarakat luas tentang aksara Sunda.
”Saat ini, di Jabar, masih ada sekitar 600 naskah dengan aksara Sunda,” kata Ganjar. (CHE)
Sumber: Kompas, Selasa, 21 Oktober 2008
No comments:
Post a Comment