-- Subhan SD
JANGAN lagi pertanyaan wisatawan bahwa ”Indonesia, sebelah mana Bali?” dianggap sebagai kelucuan. Sesungguhnya, pertanyaan itu adalah sebuah ironi, sekaligus memprihatinkan. Sungguh menyedihkan karena nama Indonesia tak banyak dikenal di peta bumi. Padahal, Indonesia barangkali menjadi satu-satunya untaian zamrud khatulistiwa nan unik dan indah.
Gerai Indonesia di pasar wisata Otdykh Leisure yang digelar di Crocus, Moskwa, Rusia, 23-26 September 2008. Dalam pameran itu, bukan hanya kegiatan promosi, tetapi juga sekaligus kemungkinan transaksi bisnis dengan operator wisata di Rusia. (KOMPAS/SUBHAN SD / Kompas Images)
Rasanya kita terlalu lama terlena dalam buaian kelucuan pertanyaan wisatawan asing itu. Kini, saatnya menghapus pertanyaan aneh itu. Karena, faktanya Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki hamparan yang begitu luas, daratan maupun lautan. Dari ujung barat hingga ujung timur jika dibentang di Benua Eropa, luasnya mulai dari Inggris hingga Turki. Jika dibentangkan di daratan Amerika Serikat, luasnya menutupi daratan negara adidaya itu. Sayangnya, negara tropis yang begitu luas dan indah itu ternyata bak setitik noktah yang tak terlihat.
Pantas saja bila Departemen Kebudayaan dan Pariwisata mati-matian mempromosikan tempat-tempat wisata di Indonesia, selain Bali, di berbagai negara. Itu pula yang dilakukan saat berpromosi di Rusia pada akhir September. Setidaknya ada dua event yang membuat pariwisata gencar dipasarkan di Rusia, yaitu Indonesia Expo yang digelar di Kedutaan Besar Indonesia di Moskwa pada 20-26 September 2008. Satu lagi yang merupakan event besar dan prestise, yaitu pasar wisata di Otdykh Leisure di Crocus, sekitar satu jam perjalanan dari Moskwa, pada 23-26 September 2008.
”Daerah-daerah wisata selain Bali banyak sekali. Kami perkenalkan daerah itu sangat menarik untuk dikunjungi,” kata Direktur Promosi Luar Negeri Depbudbar I Gde Pitana dalam setiap kesempatan bertemu pengusaha agen perjalanan dalam pasar wisata di Otdykh Leisure maupun Indonesia Expo.
Bali sih wajar saja begitu terkenal. Sebagai daerah terbaik wisata sudah diakui dunia. Cap yang diterima Bali begitu banyak, misalnya predikat The World’s Best Island Destination’ (2001-2007), The Most Favorite Holiday Destination (2005- 2006), The Most Favorite Island’ (2005) Asia’s SPA Capital’ (2005), The Best Holiday Destination in Asia (2006), dan PATA Gold Award 2005 for Ecotourism.
Namun, sesungguhnya surga wisata di Indonesia bukan hanya Bali. Apalagi, Bali saat ini semakin sesak. Pengusaha wisata di Bali, Iwan Taruna, mengakui, problem saat ini di Bali adalah soal akomodasi. Jumlah kamar di hotel-hotel maupun penginapan lainnya boleh dikata sulit ditemui saat peak season. ”Kami kesulitan akomodasi. Makanya kami tawarkan pula untuk terus lanjut ke Lombok,” kata Iwan.
Daerah lain
Rasanya kini saatnya yang pas melirik daerah wisata lain yang indah, menarik, dan punya kekhasan tersendiri yang tersebar sejak Aceh hingga Papua. Keindahan laut biru dan pulau-pulau bergunung di Kepulauan Raja Ampat, Papua, ibarat surga yang belum banyak dirambah wisatawan. Keindahan alam bawah laut di daerah itu dipastikan membuat wisatawan tak henti menyelami tebing-tebing terumbu karang nan indah dan aneka warna.
Keindahan bawah laut lainnya bisa dijumpai di Kepulauan Wakatobi (Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko) di ujung Sulawesi Tenggara, terumbu karang di Kepulauan Takabonerate di ujung Sulawesi Selatan, Pulau Togean di Teluk Tomini, Mentawai di Sumatera Barat, Derawan di Kalimantan Timur, Kepulauan Seribu di Teluk Jakarta, Sumba, Bunaken, dan lain-lain.
Soal keindahan hamparan pegunungan juga tak kalah menariknya, misalnya keindahan Gunung Bromo, Gunung Rinjani, Danau Kelimutu, hingga keunikan pegunungan salju di daerah tropis Papua. Belum lagi soal keragaman etnik, budaya, istiadat, dan kesenian, yang memperlihatkan betapa kekayaan Indonesia nyaris tiada tara.
Maka, dalam pameran di Moskwa tersebut, Depbudbar benar-benar memasarkan daerah-daerah wisata semacam itu yang bisa menjadi tujuan wisatawan Rusia. Daerah-daerah wisata di luar Bali-Jawa itu meliputi Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Riau, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, dan Papua Barat. I Gde Pitana mengatakan, Indonesia terus memperkenalkan daerah tujuan wisata selain Bali. ”Bali kita jadikan etalase. Kita sebut beyond Bali. Wisatawan yang berkunjung ke Bali lalu kita arahkan ke daerah-daerah tujuan wisata lainnya,” katanya, Rabu (24/9).
Karena itu, upaya mempromosikan daerah wisata selain Bali itu menjadi pekerjaan yang tidak ringan. Bahkan, perlu dilakukan terobosan penting agar daerah-daerah itu mampu menjadi daya tarik bagi wisatawan mancanegara. Rasanya upaya memasarkan daerah-daerah wisata itu tidak bisa dengan cara biasa. Berbagai keunikan yang dimiliki Indonesia semestinya dipasarkan secara unik pula dan lebih berorientasi pasar.
Soal cara memasarkan itu, Duta Besar Indonesia di Rusia Hamid Awaludin mengatakan pentingnya cara pemasaran baru agar lebih pas dan mampu membuat wisatawan asing tergiur. Ia mencontohkan, promosi dalam brosur-brosur harus bisa menjual sesuatu yang unik, misalnya Pulau Komodo. Ia mengatakan tidak cukup dengan gambar satwa komodo dan uraian umum saja. ”Mestinya ditulis agak lengkap bahwa komodo merupakan sisa hewan purba. Jadi disebutkan, mereka yang hendak menyaksikan sisa-sisa peradaban purba datanglah saat ini ke Pulau Komodo. Kalau tidak sekarang, Anda tidak bisa menyaksikan sisa-sisa peradaban itu,” kata Hamid.
Pasar potensial
Mengapa Rusia? Bukan hanya upaya mencari pasar baru, tetapi secara kuantitatif jumlah wisatawan asal Rusia yang berkunjung ke Indonesia, dalam hal ini Bali, setiap tahun meningkat signifikan, terutama tiga tahun terakhir. Tahun 2004, jumlah wisatawan Rusia 19.139 orang, meningkat tajam menjadi 47.212 orang tahun berikutnya. Tahun 2007, jumlahnya 51.687 orang. Tahun 2008 ini, dari target 70.000 orang, sampai Juli silam hampir 40.000 orang.
Dari sisi belanja uang, wisatawan Rusia juga tergolong royal. Setiap kunjungan (rata-rata 10 hari) wisatawan Rusia membelanjakan 1.753 dollar AS. Itu di luar akomodasi dan transportasi. Dibandingkan belanja wisatawan Australia, misalnya, wisatawan Rusia jauh lebih besar. Wisatawan Australia membelanjakan sekitar 1.330 dollar AS per kunjungan. ”Wisatawan Rusia termasuk yang banyak membelanjakan uangnya,” kata Jordi Paliama, Kepala Bidang Promosi Eropa Depbudbar. Wajar saja, pasar Rusia yang dimulai tahun 1995 kini masuk kategori emerging market, seiring tumbuhnya ekonomi Rusia yang melahirkan banyak orang kaya baru.
Hanya saja, pasar Rusia masih terkendala akses transportasi. Selama ini jalur penerbangan dari Rusia menggunakan Singapore Airlines dengan rute Moskwa-Singapura-Bali, lima kali dalam sepekan. Penerbangan lainnya, Transaero, yang terbang Moskwa-Bali dua kali sepekan. Direncanakan Oktober ini, Transaero menjadi tiga kali sepekan.
Menghadapi kendala penerbangan itulah yang membuat Hamid Awaludin berharap ada penerbangan langsung Moskwa- Jakarta yang dilayani Garuda Indonesia. Namun, Hamid yang menghubungi langsung petinggi Garuda itu gusar karena Garuda tidak memberi respons positif. ”Sebenarnya ini merupakan pasar. Kalau Garuda dilarang di Eropa, di Rusia kan tidak. Sayang, ini tidak dilihat Garuda,” katanya.
Seharusnya, wisata sebagai sektor yang ”tak lekang karena panas dan tak lapuk karena hujan” tidak melulu urusan Depbudpar. Pemerintah daerah, maskapai penerbangan, dan pihak swasta juga harus lebih proaktif menjalin kerja sama yang sinergis dengan perencanaan yang visioner. Masak dari dulu soal akses dan fasilitas tak selesai-selesai, bagaimana mau melayani wisatawan dengan aman dan nyaman?
Sumber: Kompas, Senin, 27 Oktober 2008
No comments:
Post a Comment