Denpasar - Al-Izhar Community Choir dan Al-Izhar Community Orchestra tampil memukau dalam ajang Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) 2008, Jumat (17/10), di Ubud, Gianyar-Bali. Riuh suara tepuk tangan bergemuruh memberikan aplaus melihat penampilan Al-Izhar Community Choir dan Al-Izhar Community Orchestra yang cukup mempesona hadirin.
Yang lebih membuat suasana semakin menarik adalah para personil Al-Izhar Community Choir dan Al-Izhar Community Orchestra ini adalah kaum anak muda yang terbilang masih pelajar SLTA. Ini tentunya merupakan pemandangan yang sangat “langka” mengingat selama ini sangat jarang anak muda di Indonesia menggemari musik orkestra maupun tradisional.
“Penampilan Al-Izhar Community Choir dan Al-Izhar Community Orchestra ini sekaligus menepis kesan bahwa anak muda di Indonesia tidak menyenangi musik orkestra maupun tradisional,” ujar Supardi, Humas UWRF 2008 kepada SH, Jumat (17/10), di Ubud, Gianyar-Bali.
Untuk penampilan Al-Izhar Community Choir dan Al-Izhar Community Orchestra, Supardi menjelaskan, kolaborasi dengan musik tradisi dari berbagai daerah ini sengaja dilakukan di tengah ajang UWRF 2008.
Tujuannya, lanjut Supardi, untuk menepis anggapan bahwa anak muda di Indonesia tidak tertarik “musik serius”.
“Al-Izhar Community Choir dan Al-Izhar Community Orchestra tampil di Ubud untuk memberi sentuhan musik pada rangkaian diskusi di perhelatan internasional tersebut,” ucap Supardi.
Al-Izhar Community Choir & Orchestra dibentuk pada November 2006 dan tampil untuk pertamakalinya di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, pada Maret 2007. Di bawah pimpinan konduktor muda Dwiani Indraningsri, yang adalah alumnus Perguruan Al-izhar Pondok Labu, Jakarta Selatan, dan sarjana musik dari Universitas Pelita Harapan, orkestra terdiri dari alumni, orangtua, guru, staf sekolah dan anggota masyarakat lainnya.
Supardi menambahkan, Choir dan Orchestra hadir di UWRF 2008 ini guna melaksanakan sebuah peristiwa saling-silang budaya antara musik orkestra, musik tradisi dari seluruh Nusantara dan musik gamelan yang dimainkan oleh siswa dari kedua sekolah dan anggota masyarakat lainnya. Peristiwa temu-musik tersebut diberi judul “Nada dan Kata – Temu Arus Musikal”.
Tri Hita Karana
Acara ini merupakan bagian dari banyak acara yang diprakarsai Yayasan Saraswati yang menggelar acara Ubud Writers Festival (UWF). Ajang tahunan tersebut kali ini mengambil tema “Tri Hita Karana” yang diadopsi dari tradisi Bali, mengandung filosofi “menyeimbangkan manusia, alam, dan Tuhan”.
Penampilan Al-Izhar Community Choir dan Al-Izhar Community Orchestra hanya merupakan bagian dari acara yang digelar oleh UWF. Perhelatan UWRF 2008 yang banyak diikuti para aktivis LSM, seniman dan jurnalis kali ini membahas atau mendiskusikan berbagai hal, antara lain masalah lingkungan sampai isu RUU Pornografi.
Selain itu juga ada acara peluncuran buku. Beberapa pembicara antara lain novelis Vikram Seth, pendiri penerbitan buku wisata Lonely Planet Tony Wheeler dan jurnalis cum penulis John Berendt.
Penampilan Al-Izhar Community Choir & Orchestra Ensemble itu menjadi warna dari peluncuran buku puisi Debra H. Yatim berjudul “Waktu Berpusar Daun Demi Daun – Tentang Leuser dan Suara-suara Hutan”.
Sebagai rangkaian UWRF 2008, pada Minggu (19/10), penyanyi remaja Diatra Zulaika dan gitaris muda Archyandra Satriaji dari Ansambel Al-Izhar akan menyenandungkan acara pembacaan puisi karya-karya Muhyiddin Ibn Arabi, Rumi dan Amir Hamzah di Dragonfly Bar & Restaurant, Ubud.
Selama di Ubud, seluruh Choir dan Orchestra memainkan resital penuh di Gaya Fusion pada Jumat (17/10) jam 19.00 pada saat terjadi peluncuran dua antologi puisi.
Sebelumnya, juga digelar sebuah loka-latih yang berlangsung sebelumnya pada Rabu (16/10) di Perpustakaan Pondok Pekak yang dihadiri sekitar 50 anak muda Ubud dengan fasilitator musisi tradisi I-Ip Hadipriatna dan musisi elektonik, Fahmi Alatas. (cinta malem ginting)
Sumber: Sinar Harapan, Sabtu, 18 Oktober 2008
No comments:
Post a Comment