Jakarta, Kompas - Setelah melewati dinamika kehidupan masyarakat yang sangat beragam selama 25 tahun, surat kabar berbahasa Inggris, The Jakarta Post, hingga saat ini semakin diminati masyarakat. Perjalanan yang cukup panjang dari surat kabar tersebut dituangkan dalam buku berjudul Reporting Indonesia-The Jakarta Post Story 1983-2008.
Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama menerima buku Reporting Indonesia-The Jakarta Post Story 1983-2008 dari CEO The Jakarta Post Daniel Rembeth pada peluncuran buku tersebut di Jakarta, Senin (27/10). (THE JAKARTA POST/RICKY YUDHISTIRA / Kompas Images)
Buku yang ditulis Bill Tarrant, wartawan senior Reuters yang pernah menjadi editor di tahun pertama penerbitan The Jakarta Post, itu diluncurkan di Jakarta, Senin (27/10) malam. Hadir dalam peluncuran buku terbitan Equinox tersebut antara lain Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama, Presiden Direktur The Jakarta Post Jusuf Wanandi, Dewan Komisaris The Jakarta Post Fikri Jufri, Pemimpin Redaksi The Jakarta Post Endy M Bayuni, dan sejumlah tokoh pers nasional lainnya.
Buku setebal 282 halaman itu menguraikan secara cukup rinci sejarah kelahiran, perkembangan, dan tantangan surat kabar The Jakarta Post. Surat kabar yang pertama kali terbit pada masa Menteri Penerangan Ali Moertopo tahun 1983 tersebut kelahirannya didukung lima media, yakni Kompas, Tempo, Suara Karya, Suara Pembaruan, dan Pos Kota.
Kehadiran The Jakarta Post saat itu untuk melayani ekspatriat yang banyak bekerja di Indonesia, staf kedutaan besar negara-negara sahabat, pengusaha, kalangan pendidik, dan kalangan menengah atas lainnya yang membutuhkan informasi dalam bahasa Inggris. Dari tahun ke tahun, tiras The Jakarta Post juga terus mengalami kenaikan.
Dalam buku itu juga diuraikan sikap media tersebut dalam menyikapi berbagai persoalan politik, ekonomi, lingkungan, budaya, dan sosial secara lembut, santun, dan menyejukkan.
Buku tersebut juga menampilkan sejumlah foto yang merekam sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Selain peristiwa Tanjung Priok, juga ditampilkan foto kerusuhan Mei 1998, peristiwa di Timor Timur, tsunami Aceh, serta kantor The Jakarta Post pada awal penerbitannya. (ELN)
Sumber: Kompas, Selasa, 28 Oktober 2008
No comments:
Post a Comment