-- Noorca M Massardi*
YA Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang, sudah 63 tahun negeri ini menyatakan dirinya bebas merdeka dari para penjajah. Sudah ratusan tahun pula rakyat negeri ini merayakan hari-hari suci yang merupakan puncak-puncak pencerahan rohani, hari yang membebaskan diri dari segala dosa, sesuai agama-agama yang telah Engkau firmankan. Tapi mengapakah kondisi bangsa ini semakin hari kian terpuruk, bertambah nelangsa dan kehilangan harga diri, sehingga nyawa pun seolah tiada berguna?
Ya Allah Yang Maha Bijaksana, Engkau telah berikan segala macam isyarat dan tanda-tanda, Engkau telah tampakkan pelbagai gejala dan bencana, Engkau telah tunjukkan betapa maha besarnya kekuasaan-Mu di muka bumi dan alam semesta ini, tapi mengapakah Engkau belum juga memberikan seorang pemimpin sejati yang mampu mengentaskan bangsa kami dari segala derita dan nestapa ini?
Ya Allah Yang Maha Mengetahui, berikanlah kiranya kepada kami petunjuk yang nyata dari-Mu agar seluruh rakyat dan bangsa ini, agar seluruh lapisan masyarakat, semua suku bangsa, ras, golongan, dan para pemeluk agama di negeri ini mampu membaca dan memahami aneka isyarat dan pertanda yang telah Engkau berikan, agar negeri yang telah lama dinistakan, ditindas, disengsarakan, diabaikan, dan diperalat oleh para pemimpinnya selama ini, bisa segera eling dan waspada.
Ya Allah Yang Maha Pemurah, berikanlah kiranya kepada kami seorang pemimpin, cukup satu orang saja, tidak kurang dan tidak lebih. Seorang pemimpin yang mampu memberikan teladan sedikit saja akan kebajikan, kebaikan, kesederhanaan, keprihatinan, dan keadilannya, kepada rakyat yang dipimpinnya. Berikanlah kepada kami seorang pemimpin yang memiliki sekeping hati nurani, agar ia bisa merasakan dan memiliki empati, sehingga ia tidak terlena oleh sihir kekuasaan yang dimilikinya, yang sadar bahwa rakyat negeri ini sudah sungguh-sungguh menderita, dan tidak tahu lagi harus mengais rezeki dari mana dan dengan cara apa dan bagaimana, agar mereka bisa mempertahankan kehidupan dan penghidupan bagi diri dan keluarganya. Berikanlah kepada kami seorang pemimpin yang mampu merasakan betapa nelangsanya hidup sesudah dan di tengah bencana alam, betapa sengsaranya setiap detik harus mempertahankan diri dan hidup berkubang di dalam lumpur yang senyata-nyatanya, lumpur yang bukan metaforik, lumpur yang telah menenggelamkan harta benda dan segala milik warganya. Berikanlah kepada kami seorang pemimpin yang mampu menurunkan biaya hidup, dan meningkatkan daya beli, agar harga diri dan martabat kami tidak terus menerus dihinakan, dan nilai-nilai kemanusiaan kami dilecehkan setiap kali kami harus berebut dana bantuan langsung tunai dan berburu zakat fitrah yang tak seberapa, tapi harus mengorbankan nyawa kami yang semurah-murahnya dan sebanyak-banyaknya.
Ya Allah Yang Maha Mulia, berikanlah kiranya kepada kami seorang pemimpin, cukup satu orang saja, tidak kurang dan tidak lebih, seorang pemimpin yang tegar dan tegas namun tetap memiliki rasa iba, tanggung jawab, dan kepedulian kepada rakyatnya, sehingga ia tidak hanya mampu mengumbar kata dan pesona, namun mampu juga menggerakkan seluruh aparat pemerintahannya, untuk memberikan pengamanan, keamanan, kenyamanan, dan ketenteraman kepada seluruh rakyatnya, baik saat mereka hendak menunaikan ibadahnya, saat hendak melakukan silaturahim dengan sanak saudaranya, saat hendak menikmati pemandangan kampung halaman tanah kelahirannya, saat hendak berbagi zakat dan rezeki dengan masyarakat sekitarnya yang amat membutuhkan, saat hendak mencari nafkah, saat hendak mencari sekolah, saat hendak menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan secara turun temurun, saat hendak mengungkapkan apa yang ada di dalam hati, pikiran, dan cita-citanya. Sehingga pemimpin yang Engkau berikan kepada kami itu tidak akan lagi bersikap acuh tak acuh, tidak peduli, dan tidak mau bertanggung jawab sedikit pun atas aneka kekejaman, penganiayaan, pembunuhan, pelecehan, kecelakaan, dan kesengsaraan serta kemiskinan yang diderita rakyatnya setiap hari, sampai-sampai sebagian dari saudara-saudara kami sebangsa telah nyata-nyata terbawa ke dalam kekufuran dan kebiadaban, hanya untuk sekadar bisa hidup dan mempertahankan kehidupan diri dan keluarga serta masyarakat lingkungannya, seolah negeri ini tidak dipimpin oleh siapa-siapa.
Ya Allah Yang Maha Adil, sampai kapankah Engkau akan membiarkan bangsa dan negeri ini dijual tanahnya, airnya, hutannya, kekayaan alam, tambang, dan lautannya, kekayaan intelektualnya, keindahan dan pesonanya, kekayaan perusahaannya, kepemilikan sahamnya, kebijakan ekonominya, politiknya, hukumnya, perdagangannya, keamanan negerinya, sawah, ladang, dan perkebunannya kepada bangsa-bangsa dan para pengusaha asing. Sehingga bangsa dan negeri ini sudah tidak punya apa-apa lagi untuk masa depan anak-anak dan cucu kami. Padahal semua itu adalah anugerah yang telah Engkau rahmatkan kepada bangsa dan rakyat negeri ini. Sehingga kini kami tidak punya harga diri dan martabat lagi di mata bangsa-bangsa dan negeri lain.
Ya Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, kalau memang Engkau akan dan ingin membiarkan semua itu terjadi karena kami dan para pemimpin kami baik yang dahulu maupun yang sekarang, tidak pernah mengingat akan diri-Mu, tidak pernah memedulikan kebaikan yang telah Engkau limpahkan selama ini, kami mohon ampun dan kami sungguh bertobat. Tapi pertobatan kami itu tidak akan pernah cukup berarti, selama Engkau juga tidak memberikan kepada kami seorang pemimpin, cukup satu orang saja, tidak kurang dan tidak lebih, yang punya visi jauh ke depan, yang lebih mementingkan rakyat dan umatnya ketimbang dirinya, istrinya, anak- anaknya, keluarga besarnya, sanak kerabatnya, partai politiknya, sukunya, golongannya, dan agamanya.
Ya Allah Yang Maha Pengampun, berikanlah kepada kami kesempatan satu kali lagi untuk sungguh-sungguh memilih seorang pemimpin sejati, yang tulus dan ikhlas bertekad menjadi khalifah-Mu di bumi tercinta ini, yang setiap kata, perbuatan, dan kinerjanya diputuskan dan dijalankan semata-mata berdasarkan firman dan amanah-Mu, yang semata-mata bekerja untuk kebaikan rakyat dan umatnya, agar mereka senantiasa bersyukur, sehingga kami bisa hidup dalam kepastian, bisa memiliki harapan akan usaha, pendidikan, pekerjaan, dan masa depan yang lebih baik, bisa saling menghormati perbedaan yang telah Engkau rahmatkan, dan bisa membangun serta mengambil dan membeli kembali seluruh harta kekayaan, hak, martabat, dan harga diri kami, yang telah dijual dan digadaikan para pemimpin kami kepada bangsa dan negara lain.
Ya Allah seru sekalian alam, kami tidak tahu lagi apa yang harus kami minta dari-Mu karena terus terang kami sungguh-sungguh merasa malu dan seolah tidak pernah bersyukur. Padahal, selama ini Engkau tidak putus-putusnya memberikan segala kenikmatan kepada 270 juta rakyat kami ini. Tapi kabulkanlah kiranya permintaan terakhir kami yang tidak seberapa ini: Berikanlah kepada kami seorang pemimpin, cukup satu orang saja, yang secara ksatria mau dan rela bertanggung jawab atas segala sesuatu yang sudah dan akan terjadi di negeri ini, yang punya kalbu, akal, pikiran, dan pandangan jauh ke depan, yang mau mengorbankan diri, keluarganya, bahkan nyawanya, untuk kemaslahatan seluruh rakyat dan negeri ini, tidak kurang dan tidak lebih.
Tapi kalau permintaan ini pun tidak Engkau kabulkan, maka berikanlah kepada kami satu Tuhan, satu Allah SWT, Yang Maha Esa, Yang Maha Pengasih, dan Maha Penyayang kepada bangsa dan negeri ini. Ampunilah kiranya permohonan kami yang terakhir ini, ya Allah. Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar walillahilham…!?
* Noorca M Massardi, Pengarang dan Pewarta Tinggal di Jakarta
Sumber: Kompas, Minggu, 5 Oktober 2008
No comments:
Post a Comment