Wednesday, October 06, 2010

Penerbitan Buku: Penghargaan Sastra Belum Dapat Tanggapan dari Pasar

YOGYAKARTA, KOMPAS - Penghargaan sastra belum mendapat tanggapan dari masyarakat maupun pemerintah. Selama ini penghargaan yang diperoleh satu karya sastra belum menaikkan jumlah penjualan maupun respons pemerintah.

Salah satunya Penghargaan Sastra yang diadakan Balai Bahasa Yogyakarta (BBY) untuk karya sastra lokal Daerah Istimewa Yogyakarta. Selama tiga tahun diselenggarakan, belum ada satu pun kebijakan pemerintah yang mendukung karya sastra peraih penghargaan.

”Kami sebenarnya sangat berharap pemerintah daerah setidaknya dapat merekomendasikan karya sastra yang menang itu sebagai bahan bacaan atau sebagai pengisi perpustakaan di sekolah-sekolah,” kata Kepala Balai Bahasa Yogyakarta Tirto Suwondo di Yogyakarta, Selasa (5/10).

Padahal, karya sastra yang berhasil meraih penghargaan telah teruji berkualitas sehingga layak sebagai bahan bacaan pelajar di tingkat SMP maupun SMA. Selain sarat nilai kemanusiaan, karya sastra juga dapat membuka wawasan pelajar mengenai kondisi masyarakat di Indonesia.

Memahami masyarakat

Untuk Penghargaan Sastra Yogyakarta, sastra yang dipilih umumnya kental dengan nuansa masyarakat Yogyakarta. Dengan demikian, karya sastra itu akan membantu pelajar memahami kondisi masyarakat sekitarnya.

Menurut Tirto, tanggapan positif pemerintah untuk penghargaan karya sastra sebenarnya sangat dibutuhkan untuk terus mendorong penerbitan dan penciptaan karya sastra. Dengan adanya rekomendasi pemerintah, pembelian karya sastra dapat ditingkatkan.

Takut rugi

Sekretaris Ikatan Penerbit Indonesia DIY Sholeh UG mengakui, rendahnya penjualan buku- buku sastra selama ini membuat penerbit enggan menerbitkan karya sastra karena takut rugi. Jumlah penerbitan karya sastra di Yogyakarta selama ini termasuk paling rendah, yaitu 5 persen dari total penerbitan.

”Buku-buku cerita dan novel populer memang sangat laku, tetapi karya sastra yang cenderung berat materi dan bahasanya tetap kurang laku,” ucapnya.

Menurut Sholeh, tanggapan masyarakat terhadap sastra berkualitas masih minim. Penghargaan yang diperoleh satu karya sastra belum berpengaruh pada peningkatan angka penjualan. Selama ini, buku-buku sastra pemenang penghargaan pun jarang dicetak ulang.

Tahun ini, BBY kembali menggelar Penghargaan Sastra. Tiga karya sastra yang masuk nominasi adalah novel Jejak Kala karya Anindita S Thayf, kumpulan puisi Tidur Tanpa Mimpi karya Rachmat Djoko Pradopo, dan novel Titian Sang Penerus karya Alang- Alang Timur. Penghargaan diberikan pada tanggal 15 Oktober 2010. (IRE)

Sumber: Kompas, Rabu, 6 Oktober 2010

No comments: