JAKARTA, KOMPAS - Tak dapat dihindari, sejumlah kebudayaan secara alami terancam mengalami kepunahan, tak terkecuali kebudayaan Sunda. Sejumlah pakar, Senin (25/10) di Bogor, Jawa Barat, berbicara dalam konferensi internasional guna mencari rumusan dan strategi yang pas untuk revitalisasi budaya Sunda. Tidak sebatas itu, hingga Rabu besok juga akan diungkap capaian budaya Tarumanagara dan wacana Atlantis benua yang hilang yang berada di kawasan Sundaland (Indonesia).
Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO Arief Rachman mengatakan, sesuaidengan Convention the Protection of the World and Natu- ral Heritage (1972) telah disepakati bahwa warisan budaya dan warisan alam yang memi- liki nilai penting universal istimewa harus dilindungi dari bahaya kepunahan secara bersama-sama.
Direktur Purbakala Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Junus Satrio Admodjo yang berbicara soal pelestarian dan pengembangan warisan budaya menegaskan, harus didudukkan revitalisasi yang diinginkan, apakah sebatas budaya Sunda atau budaya Kesundaan.
”Jika hanya masalah budaya Sunda, konsumsinya terbatas untuk orang Sunda. Akan tetapi, jika budaya kesundaan yang diharapkan untuk direvitalisasi, tidak hanya melibatkan orang Sunda, tetapi juga orang lain yang bukan Sunda,” katanya.
Tentang pentingnya revitalisasi juga dibahas mantan Direktur Kebudayaan Edi Sediawati. Di hadapan ratusan peserta konferensi, ia memaparkan pengembangan kebudayaan di Indonesia melalui revitalisasi kebudayaan.
Ia mengatakan, informasi seputar keragaman suku bangsa yang ada di Nusantara dapat didorong sebagai bahan ajar di sekolah. (NAL)
Sumber: Kompas, Selasa, 26 Oktober 2010
No comments:
Post a Comment