Jakarta, kompas - Setelah dipersiapkan selama 1,5 tahun, sendratari ”Matah Ati” yang beranggotakan sekitar 150 orang akan tampil sebagai pembuka Pesta Raya 2010, Malay Festival of Arts, 22 dan 23 Oktober di Esplanade Theatre, Singapura. Sendratari tersebut belum ada rencana ditampilkan di Indonesia.
Tahun depan, kisah nyata babak sejarah Kerajaan Mangkunegaran yang kisahnya ditulis Bandoro Raden Ayu (BRAy) Atilah Soeryadjaya ini sudah mendapat tawaran untuk dipentaskan di Hongkong, Taiwan, dan sejumlah negara Eropa.
Hal itu diungkapkan Atilah Soeryadjaya, penulis naskah dan konseptor, sekaligus produser sendratari ”Matah Ati”, serta penata artistik Jay Subyakto, Senin (11/10) petang. ”’Matah Ati’ dipentaskan untuk mengangkat tradisi Jawa sebagai sumber penciptaan serta untuk didialogkan di forum internasional. Juga menginspirasi generasi muda lewat semangat juang melawan ketidakadilan dan membentuk tatanan kehidupan yang adil dan sentosa berdasarkan nilai-nilai universal kemanusiaan,” ungkap Atilah.
Atilah, yang merupakan cucu Mangkunegara VII, menjelaskan, esensi nilai dari karya yang diolah dari hasil riset ini adalah meletakkan kaum wanita sederajat dengan kaum laki-laki dan sekaligus sebagai bukti, sudah lama kesetaraan jender ada di tanah Jawa. Kemudian, peperangan tidak membawa kebaikan dan kebahagiaan.
Jay Subyakto mengatakan, pihaknya coba menghadirkan konsep unik dalam penataan panggung di mana kemiringan panggung 15 derajat dengan harapan semua komposisi dan koreografi bisa terlihat oleh penonton. Untuk keperluan itu, properti panggung seberat 25 ton akan dibuat di Indonesia dan dikirim dengan kontainer ke Singapura.
”Pertunjukan berdurasi 1,5 jam itu meramu sejarah, koreografi, dan musik tradisi. Kesenian yang berbasis tradisi diupayakan bisa menarik dengan menggabungkan teknologi panggung dan cahaya masa kini tanpa merusak pakem tradisi itu sendiri,” ungkapnya. (NAL)
Sumber: Kompas, Selasa, 12 Oktober 2010
No comments:
Post a Comment