Monday, October 11, 2010

Pasar Seni ITB: Pemda Diminta Alokasikan Anggaran Seni

Bandung, Kompas - Pemerintah di daerah diminta menganggarkan dana rutin bagi penyelenggaraan festival kesenian dan budaya. Festival kesenian dan budaya adalah komponen penting meningkatkan kreativitas dan kualitas masyarakat.

”Saya minta gubernur, wali kota, bupati, dan DPRD di semua daerah membiayai festival seni dan budaya melalui anggaran daerah,” ujar Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik saat membuka Pasar Seni Institut Teknologi Bandung (ITB), Minggu (10/10) di Bandung.

Pasar Seni ITB kali ini digelar setelah absen empat tahun. Sebanyak 200 gerai memamerkan beragam karya kreatif dari pukul 08.00 hingga 18.00. Selain itu, ditampilkan juga delapan wahana kreatif karya mahasiswa ITB.

Ia mengatakan, Pasar Seni ITB mampu menampung aspirasi dan kreativitas masyarakat dari beragam bidang, baik seni tradisional, kontemporer, maupun perangkat teknologi terkini. Ia mengingatkan agar masyarakat dan penyelenggara tidak terjebak pada aktivitas jual-beli semata, tetapi juga berkreativitas.

”Dengan pendekatan yang tepat, Pasar Seni ITB menjadi cara jitu mempromosikan ciri khas Indonesia, mengembangkan kemajuan teknologi dengan sentuhan seni,” kata Jero Wacik.

Ketua Umum Pasar Seni ITB Tisna Sanjaya mengatakan tidak ingin menjebak masyarakat dengan kegiatan jual-beli semata. Pasar seni ingin menjadi jembatan masyarakat menangkap semangat zaman. Dari situ, ia berharap, pasar seni mampu memunculkan makna dan perubahan menuju keadaan lebih baik. ”Kami angkat semangat itu dalam tiga komponen utama, yaitu zona mengingatkan, melupakan, dan transisi,” ujar Tisna.

Menurut dia, di zona mengingatkan bertujuan mengajak masyarakat sadar dengan segala potensinya. Zona ini menghadirkan, antara lain, Museum Masa Depan yang menunjukkan apa yang bisa dilakukan ke depan.

Di zona melupakan, mahasiswa Teknik Elektro menghilangkan semua sinyal sambungan internet. ”Sedangkan di zona transisi kami mengajak masyarakat berhati-hati terhadap apa yang terjadi saat ini. Contohnya wahana Tamasyamasya yang mengajak pengunjung memasuki masa lalu dan memprediksikan masa depan,” kata Tisna. (CHE/NAL)

Sumber: Kompas, Senin, 11 Oktober 2010

No comments: