Thursday, April 03, 2008

Seni Budaya: Penghargaan Seni bagi Saidi dan Sahilin

Palembang, Kompas - Dua seniman senior asal Kota Palembang, Sumatera Selatan, Saidi Kamaluddin dan Sahilin, menerima penghargaan seni serta santunan dari Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik. Seniman Saidi Kamaluddin dinilai berjasa di bidang seni teater tradisional, sedangkan Sahilin atas jasanya di bidang seni musik tradisional.

Pemerintah pusat, melalui Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Rabu (2/4), memberi penghargaan dan santunan kepada dua seniman senior asal Palembang, yakni Sahilin (kanan) dan Saidi Kalamuddin. Penghargaan diberikan oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel RA Rachman Zeth. (KOMPAS/BONI DWI PRAMUDYANTO)

Piagam penghargaan serta uang santunan diserahkan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Selatan RA Rachman Zeth, Rabu (2/4) siang. Uang penghargaan diberikan sebesar Rp 1.250.000 selama enam bulan.

Menurut Rachman, penghargaan ini merupakan bentuk penghormatan pemerintah pusat kepada seniman yang telah berjuang keras melestarikan kesenian dan kebudayaan tradisional di Indonesia. ”Mereka yang diberi penghargaan dikategorikan seniman senior yang memiliki wawasan budaya, mengabdikan keahliannya secara terus-menerus, serta berusia lebih dari 50 tahun,” kata Rachman.

Usai menerima penghargaan, Sahilin yang menderita tunanetra sejak kecil itu menyatakan, sampai sekarang jarang ada generasi muda yang mau menimba ilmu darinya untuk mempelajari jenis seni musik tradisional gitar berpantun. ”Kalau ditanya apa jenis aliran musik yang saya ciptakan, lebih pas dinamakan pemantun gitar batanghari sembilan. Intinya, perpaduan antara pantun Melayu dengan musik gitar,” kata Sahilin.

Saidi Kalamuddin mengatakan, dia sudah melakoni seni teater tradisional ”Dulmuluk” sejak 1948. Di Sumatera Selatan, seni panggung ini sempat mengalami masa kejayaan di tahun 1940- 1970. Lama kelamaan, seni teater panggung ini terpinggirkan karena masuknya seni hiburan modern seperti organ tunggal. (ONI)

Sumber: Kompas, Kamis, 3 April 2008

No comments: