Friday, August 07, 2009

Mengenang Rendra

Sajak Orang Kepanasan*


Karena kami makan akar

dan terigu menumpuk di gudangmu

Karena kami hidup berhimpitan

dan ruangmu berlebihan

maka kami bukan sekutu



Karena kami kucel

dan kamu gemerlapan

Karena kami sumpek

dan kamu mengunci pintu

maka kami mencurigaimu



Karena kami telantar di jalan

dan kamu memiliki semua keteduhan

Karena kami kebanjiran

dan kamu berpesta di kapal pesiar

maka kami tidak menyukaimu



Karena kami dibungkam

dan kamu nyerocos bicara

Karena kami diancam

dan kamu memaksakan kekuasaan

maka kami bilang TIDAK kepadamu



Karena kami tidak boleh memilih

dan kamu bebas berencana

Karena kami semua bersandal

dan kamu bebas memakai senapan

Karena kami harus sopan

dan kamu punya penjara

maka TIDAK dan TIDAK kepadamu



Karena kami arus kali

dan kamu batu tanpa hati

maka air akan mengikis batu

Universitas Indonesia, Salemba
1 Desember 1979



Sajak Bulan Mei 1998 di Indonesia**

Aku tulis sajak ini di bulan gelap raja-raja

Bangkai-bangkai tergeletak lengket di aspal jalan

Amarah merajalela tanpa alamat

Kelakuan muncul dari sampah kehidupan

Pikiran kusut membentur simpul-simpul sejarah



O, zaman edan!

O, malam kelam pikiran insan!

Koyak moyak sudah keteduhan tenda kepercayaan

Kitab undang-undang tergeletak di selokan

Kepastian hidup terhuyung-huyung dalam comberan



O, tatawarna fatamorgana kekuasaan!

O, sihir berkilauan dari mahkota raja-raja!

Dari sejak zaman Ibrahim dan Musa

Allah selalu mengingatkan

bahwa hukum harus lebih tinggi

dari ketinggian para politisi, raja-raja, dan tentara



O, kebingungan yang muncul dari kabut ketakutan!

O, rasa putus asa yang terbentur sangkur!

Berhentilah mencari Ratu Adil!

Ratu Adil itu tidak ada. Ratu Adil itu tipu daya!

Apa yang harus kita tegakkan bersama

adalah Hukum Adil

Hukum Adil adalah bintang pedoman di dalam prahara



Bau anyir darah yang kini memenuhi udara

menjadi saksi yang akan berkata:

Apabila pemerintah sudah menjarah Daulat Rakyat

apabila cukong-cukong sudah menjarah ekonomi bangsa

apabila aparat keamanan sudah menjarah keamanan

maka rakyat yang tertekan akan mencontoh penguasa

lalu menjadi penjarah di pasar dan jalan raya



Wahai, penguasa dunia yang fana!

Wahai, jiwa yang tertenung sihir tahta!

Apakah masih buta dan tuli di dalam hati?

Apakah masih akan menipu diri sendiri?

Apabila saran akal sehat kamu remehkan

berarti pintu untuk pikiran-pikiran kalap

yang akan muncul dari sudut-sudut gelap

telah kamu bukakan!



Cadar kabut duka cita menutup wajah Ibu Pertiwi

Airmata mengalir dari sajakku ini.



Kiprah WS Rendra sebagai penyair, dramawan, budayawan, dan pengkritik sosial terkemuka Indonesia kontemporer, akan terus dikenang. Kritik sosial Rendra yang dituangkan dalam puisi dan drama akan terus mengentak untuk jangka panjang, sekalipun Burung Merak ini sudah terbang tinggi ke balik cakrawala hari Kamis dalam usia 74 tahun. Pengaruh karya seninya akan jauh melewati batas usianya, lebih-lebih karena memang karya seni itu abadi sementara hidup manusia pendek, ars longa, vita brevis . Sebagai kenangan atas jasanya dalam dunia susastra Indonesia dan kevokalannya melakukan kritik sosial, harian Kompas dalam edisi ini menurunkan dua puisi Rendra sebagai pengganti tajuk.

Sumber: Kompas, Jumat, 7 Agustus 2009

No comments: