SEBUAH pesta besar baru saja berakhir di Kediri, Jawa Timur. Nama pesta itu cukup keren, Pesta Penyair Nusantara 2008, sempena The 2nd Kediri International Poetry Gathering. Sesuai namanya, tentu, pestanya adalah pesta ala penyair yang penuh sentuhan sastra.
Suasana pesta mulai terasa pada acara pembukaan, di halaman Sanggar Mulang Sara, kampung Cakarwesi, pinggiran Kediri, pada 30 Juni 2008, yang didahului pawai budaya. Walikota Kediri, Maschut, membuka pesta dengan basmallah, dan penyair D Zawawi Imron memberi bobot dengan orasi budaya.
Di Sanggar Mulang Sara pula lomba baca puisi tingkat nasional untuk siswa SLTA dan umum mendahului Pesta Penyair Nusantara (PPN) 2008. Lomba yang diikuti 95 peserta dari berbagai daerah di Indonesia ini, untuk kategori umum, dimenangkan oleh Apito Lahire (Tegal, juara pertama), Nurkhalis (Madura, juara kedua), dan Nana Riskhi Susanti atau Nana eReS (Tegal, juara ketiga).
Suasana pesta makin terasa pada hari kedua, 1 Juli 2008 malam, ketika para penyair dan sastrawan yang hadir melakukan syuting untuk tayangan khusus di Doho TV di atas panggung artistik yang dilengkapi warung kopi. "Kita rekaman untuk tayangan tunda," kata Khoirul Anwar, ketua panitia pelaksana yang juga pengelola Sanggar Mulang Sara.
Di sela-sela dialog sastra yang dipandu presenter kocak Mbah Bejo, para penyair dari Indonesia dan Malaysia beradu kebolehan membacakan sajak-sajak mereka. Acara berlangsung santai dan gembira, namun tetap berbobot karena membicarakan berbagai persoalan sastra terkini. Peserta dari Kalimantan Timur yang diketuai H Darwis M Noor (ketua Dewan Kesenian Kaltim), sambil menari sesaat bersama Hany, sempat menyerahkan mandao kepada Khoirul Anwar dan Dr Kemala sebagai cindera mata.
Suasana pesta kembali terasa pada malam penutupan -- juga di Sanggar Mulang Sara. Suasana acara penutupan bahkan mirip pesta hajatan pengantin atau sunatan, karena didahului dan diakhiri pertunjukan dangdut electon lengkap dengan goyangnya. "Saya sangat terharu atas sambutan masyarakat Kediri yang begitu ramah dan antusias," kata SM Zakir, Sekjen PENA Malaysia, pada sambutan penutupannya.
Sayangnya, tidak semua peserta -- sekitar 150 orang -- tampak hadir pada acara penutupan. Sebagian sudah pulang, dan sebagian lagi memilih beristirahat di penginapan karena kecapean sehabis mengikuti seminar dan musyawarah (gathering) hingga sore.
Seminar para penyair dan pecinta sastra yang hadir ke PPN 2008 berasal dari Kediri, Madiun, Ngawi, Nganjuk, Pare, Blitar, Lamongan, Bojonegoro, Mojokerto, Malang, Probolinggo, Surabaya, Madura, Semarang, Ungaran, Tegal, Banyumas, Solo, Yogyakarta, Sumbawa, Flores, Balikpapan, Samarinda, Banjarmasin, Banjarbaru, Siak, Lampung, Pekanbaru, dan Makassar, serta Jepang dan Malaysia (Kuala Lumpur, Johor, Kelantan dan Sabah).
Tentu, tidak hanya untuk berpesta sastra para penyair dari berbagai daerah di Nusantara -- termasuk Malaysia – itu berkumpul selama tiga hari (30 Juni - 3 Juli) di Kediri. Mereka juga mengikuti seminar internasional di kampus Universitas Islam Kadhiri (Unik), di kaki Gunung Klothok, tidak jauh dari Gua Selomangleng yang terkenal dan tercatat pada hikayat Panji Semirang.
Ada beberapa topik menarik yang diseminarkan selama dua hari, 1-2 Juli 2008, dengan menampilkan pembicara Dr Datuk Kemala, SM Zakir, Dr Mohammad Saleeh Rahamad, Dr Ibrahim Ghaffar dan Shamsuddin Othman (PENA Malaysia), serta Ahmadun Yosi Herfanda, Viddy AD Daery, Diah Hadaning, Endang W, dan Korrie Layun Rampan (diwakili oleh Santinet).
Puncak acara PPN 2008 adalah Musyawarah Penyair Nusantara di Unik, pada 2 Juli 2008 sore, yang dipimpin oleh Ahmadun dan Viddy. Meski berlangsung agak alot, musyawarah atau gathering para penyair Nusantara ini akhirnya menyepakati beberapa keputusan.
Salah satu kesepakatan terpentingnya: Pesta Penyair Nusantara akan tetap dilanjutkan sebagai tradisi tahunan untuk ikut menggairahkan kehidupan sastra di Nusantara. Tahun depan, PPN 2009 akan digelar di Kualalumpur, Malaysia, dan PPN 2010 akan digelar di Balikpapan, Kalimantan Timur. Forum juga menyepakati SM Zakir sebagai ketua panitia pelaksana PPN 2009.
Beberapa penyair dan peserta yang sempat membacakan karya-karya mereka dalam pesta sastra ini, antara lain Dinullah Rayes, D Zawawi Imron, Diah Hadaning, Khoirul Anwar, Viddy AD Daery, Dr Kemala, Dr Ibrahim Ghaffar, Bagus Putu Parto, dan Herman Rante.
Pada hari terakhir, 3 Juli 2008, para peserta mendapat hadiah dari Bupati Kediri: diajak darmawisata ke Gunung Kelud dengan lima mobil dan sebuah bus. Usai berwisata, mereka pun berpisah, sambil mengucapkan, "Sampai jumpa pada Pesta penyair Nusantara 2009 di Kualalumpur." (ayh)
Sumber: Republika, Minggu, 06 Juli 2008
No comments:
Post a Comment