Sunday, October 04, 2009

[Persona] Bahasa: Istilah Baku Perjelas Maksud

DARI sekian sebutan untuk Liek Wilardjo, paling menonjol soal kebahasaan, utamanya pembakuan kosakata. Maklum lebih dari 20 tahun ahli ilmu Fisika itu terlibat dalam penyusunan kamus istilah bidang fisika dan pengindonesiaan kosakata ilmu.

Dari artikel-artikel kebahasaan yang ditulisnya, tampak Liek terobsesi dengan pembakuan kosakata. ”Pembakuan istilah membuat jelas apa yang kita maksudkan,” tegasnya. Dan itu penting dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Liek tidak setuju urusan kosakata adalah urusan linguis dan bukan urusan pengampu bidang-bidang keilmuan. ”Kegemaran menimang-nimang kata dan menimbang-nimbang makna memerlukan kreativitas.”

Karena obsesi, dengan argumentasi logis dan beralasan, disampaikan dan dilontarkan lewat ceramah dan artikel, Liek Wilardjo merupakan satu dari sedikit ilmuwan eksakta yang menyumbang kosakata keilmuan. Sejumlah kata yang kemudian masuk dalam kamus, dipakai sebagai bahasa sehari-hari, berasal dari Liek Wilardjo. Satu contoh saja, kata ”canggih” sebagai padanan sophisticated.

Menurut Liek, ”ketepatan makna” harus diperhatikan dan diusahakan. Inilah patokan pertama menurut Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Tiga lainnya ialah ”singkat”, ”sedap didengar”, dan ”tidak berkonotasi buruk”. ”Pada patokan ketiga saya tambahkan ’mudah dilafalkan’. Selaras dengan ini, ia mau mengalihejakan (men(t)ransliterasi) istilah-istilah Inggris yang berasal dari bahasa Anglo-Saxon.

Sebagai contoh kata gauge. Kata itu dia padankan dengan ”tolok” seperti dalam gauge pressure (tekanan tolok). Pada keempat patokan itu dia tambahkan patokan kelima, ”benar secara kebahasaan (linguistically proper). Oleh karena itu, jangan gunakan kata ”pirsawan” tetapi ”pemirsa”, jangan ”wisudawan” tetapi ”winisuda”.

”Kalau tidak malas,” tambahnya, ”saya akan menulis buku filsafat ilmu dengan mengemukakan gagasan kosmonomik Dooyeweerd-Vollenhoven-Stafleu. Selama ini yang dibicarkan tentang filsafat ilmu kan baru seputar Francis Bacon, Karl Popper, Kuhn, Lakatos, dan Feyerabend, atau ditambahi Holton. ”Dengan mengemukakan Dooyeweerd, saya ingin memasukkan unsur Tuhan dalam filsafat ilmu.” (BUR/STS)

Sumber: Kompas, Minggu, 4 Oktober 2009

No comments: