Judul: Bumi Milik Kapitalis
Pengantar: Prof Dr der Sos Gumilar Rusliwa Somantri
Penulis: Lukman F Mokogoginta
Penerbit: Pustaka Sinar Harapan
Tahun: 2009
Tebal: 161 halaman
KONDISI lingkungan hidup Indonesia mengalami degradasi dan menimbulkan kekhawatiran dalam mewujudkan sustainability of civilization and humanity. Kekayaan alam, seperti minyak, dan gas bumi, batu bara, emas, bauksit, serta timah telah disedot besar-besaran oleh kaum kapitalis, sembari mereka mewariskan limpahan limbah dan pencemaran.
Rektor Universitas Indonesia Gumilar Rusliwa Somantri dalam pengantarnya memberi contoh, situasi kritis bumi Indonesia di Pulau Bangka Belitung, Papua, Sulawesi, dan Kalimantan, yang telah menghasilkan puluhan, bahkan ratusan danau buatan yang dipenuhi oleh zat-zat berbahaya merkuri. Kesuburan tanah hilang, rantai kehidupan ekosistem menjadi terganggu, biota-biota asli Indonesia menjadi hilang, air tanah dan sungai menurun kualitasnya, serta ancaman banjir meningkat. Kerisauan-kerisauan ini diungkapkan secara kritis oleh penulis melalui fakta dan data yang dirangkai secara cerdas.
Rachmat Witular menandaskan, untuk tidak memparah keadaan, sudah saatnya Indonesia memilih pemimpin yang peduli terhadap lingkungan. Ini masalah serius!
Hiruk pikuk dunia politik di tingkat nasional dan riuhnya persoalan korupsi yang melibatkan tokoh-tokoh, yang seharusnya mengawal tindakan korup, ditambah lagi bencana alam yang datang bertubi-tubi, membuat bangsa ini larut dan lupa bahwa di sisi lain ada persoalan besar di berbagai wilayah penghasil kekayaan di bumi pertiwi ini yang dieksplorasi habis-habisan, yang bila tak diperhatikan secara serius akan membawa bangsa ini ke dalam bencana yang lebih besar.
Penulis buku ini coba memotret kehidupan di tingkat akar rumput, melengkapi opininya dengan data pembanding menggunakan kaca mata politisi yang prokerakyatan. Dikatakan, kapitalis memang bisa mengeruk keuntungan sambil merusak lingkungan hidup, namun cukup banyak kapitalis yang bisa memanfaatkan lingkungan sambil menjaga kelestariannya.
Kapitalis ataupun kaum jelata, punya potensi yang sama dalam pelestarian maupun perusakan lingkungan hidup. Pemerintah melalui strategi pembangunan prorakyat dan regulasinya menjadi salah satu penentu dalam pelestarian. [Cindy Lavina, mahasiswa UI]
Sumber: Suara Pembaruan, Minggu, 11 Oktober 2009
No comments:
Post a Comment