PASTI Anda bertanya-tanya, kok tidak ada Nobel untuk matematika? Konon, menurut guyonan yang beredar, karena kekasih Alfred Nobel, selingkuh dengan matematikawan asal Swedia, Gosta Magnus Mittag Leffer. Alfred Nobel dendam pada matematikawan itu.
Tetapi, menurut versi Mittag Leffer, Nobel sebenarnya menolak memberikan penghargaan, karena merasa iri dengan jumlah penghitungan kekayaan Mittag Leffler yang melebihi kekayaan Nobel.
Dua versi cerita di atas mungkin benar, mungkin juga tidak. Tapi, cerita ini berkembang liar dan banyak yang percaya. Apa pun alasannya, intinya tetap sama, yakni tidak ada hadiah nobel untuk bidang matematika. Yang ada hanya fisika, kimia, kedokteran, sastra, dan perdamaian. Untuk bidang ekonomi, ada yang namanya "The Sveriges Riksbank Prize in Economic Sciences in Memory of Alfred Nobel". Ini yang disebut dengan Nobel Ekonomi.
Kembali ke guyonan antara Alfred Nobel dan Mittag Leffler, ternyata para ahli berusaha keras membuktikan kebenaran cerita di atas. Ada beberapa ahli, setelah melakukan kajian mendalam, menyangkal kebenarannya cerita itu. Bantahan itu diumumkan dalam sebuah artikel pendek yang berjudul "Is There No Nobel Prize in Mathematics?" yang ditulis oleh Lard Garding dan Lard Hormander (halaman 73-74 buku Mathematical intelligencer, 1985).
Penulis menyatakan bahwa Mittag Leffer dan Nobel tidak memiliki hubungan satu sama lain. Nobel pindah dari Swedia pada tahun 1865, ketika Mittag Leffer masih menjadi seorang murid dan jarang sekali Nobel berkunjung kembali ke Swedia. Garding dan Hormander menyatakan bahwa jawaban yang benar atas pertanyaan tersebut adalah bahwa, karena alasan ilmiah, ide untuk memberikan penghargaan tidak pernah terbayangkan sama sekali di benak pikiran Nobel.
Pada tahun 1895, Nobel mewariskan dana ke sebuah yayasan, yang dananya bersumber dari lima penghargaan tahunan untuk bidang ilmu fisika, kimia, kedokteran, sastra, dan perdamaian. Empat dari lima penghargaan tersebut adalah bidang-bidang keilmuan yang diminati oleh Nobel, kecuali kedokteran.
Meski tidak ada Nobel Matematika, tetapi tidak sedikit matematikawan yang meraih hadiah Nobel. Tentu saja pada bidang non-matematika. Misalnya, Bertrand Russell untuk sastra (1950), Max Born dan Walther Bothe untuk fisika (1954). Sedangkan untuk bidang ekonomi, ada beberapa nama seperti Kenneth Arrow (1972), Leonid Kantorovich (1975), John Forbes Nash (1994), Clive WJ Granger (2003), Robert J Aumann, dan Thomas C Schelling (2005), Andrew Fire (2006), dan Leonid Hurwicz (2007). John Forbes Nash sendiri kisah hidupnya diangkat menjadi novel yang kemudian difilmkan dalam A Beautiful Mind. Di situ Russel Crowe berperan sebagai John Nash.
Fields Medal
Kendati tidak ada Nobel Matematika, John Charles Fields, seorang ahli matematika Kanada abad 19-20, menggagas adanya hadiah bergengsi bagi bidang matematika. Hadiah ini pada akhirnya diberi nama Fields Medal untuk menghargai almarhum.
Tidak seperti Nobel, Fields Medal diberikan, pada mereka yang menghasilkan karya teoretis. Ada dua macam karya yang dapat dihasilkan oleh seseorang supaya dapat memperoleh medali ini. Pertama, jika seseorang dapat memecahkan soal yang terkenal sulit (lebih lazim disebut problem solving). Kedua adalah jika seseorang dapat menciptakan teori baru di bidang matematika.
Perbedaan lain yang cukup mencolok adalah kriteria peserta. Jika dalam hadiah Nobel tidak ada batasan usia, maka usia maksimum seseorang dapat menerima Fields Medal adalah 40 tahun. Jelas, bahwa medali ini ditujukan bagi para ilmuwan muda.
Dasar pemikiran batasan usia ini adalah dengan harapan para penerima penghargaan terdorong untuk melanjutkan karyanya, bukannya berhenti sampai pada penerimaan hadiah. Dapat juga dikatakan, hal ini mendorong para ilmuwan muda yang belum mencapai batas usia untuk berkarya semaksimal mungkin. [Disadur dari berbagai sumber/L-8]
Sumber: Suara Pembaruan, Sabtu, 10 Oktober 2009
1 comment:
mudah"an suatu hari, matematikawan Indonesia bisa mendapatka Fields Medal ..
Post a Comment