Jakarta, Kompas - Mengakhiri masa kerjanya sebagai wakil presiden, Jusuf Kalla mendapat bingkisan buku Mereka Bicara JK dari National Press Club of Indonesia. Dalam buku itu tertuang testimoni para kolega Kalla tentang semangat dan inovasi kinerjanya yang menggabungkan birokrasi dan kewirausahaan.
Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (tengah) bersama (dari kiri) Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie, pengusahaPontjo Sutowo, Pemimpin Umum HarianKompas Jako bOetama, dan mantan Wakil Ketua MPR Aksa Mahmud ketika menghadiri peluncuranbuku Mereka Bicara JK di Jakarta, Rabu (21/10). (ANTARA/SAP TONO)
”Ada bedanya birokrasi dengan entrepreneur. Birokrasi mengatur prosedur dahulu, hasilnya terserah, yang penting jangan salah prosedurnya. Kalau entrepreneur menetapkan obyek, baru mencari jalannya. Saya menggabungkan kedua hal itu,” kata Kalla saat peluncuran buku tersebut di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (21/10) malam.
Buku yang disusun sejumlah wartawan yang tergabung dalam National Press Club of Indonesia tersebut berisi testimoni 63 kolega Kalla di lingkungan politik, pemerintahan, pengusaha, dan ekonom, juga media massa. Di antara yang memberikan penilaian langsung tentang kinerja Kalla semalam adalah Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie, tokoh pers Surya Paloh, dan Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama.
Menurut Aburizal, Kalla memiliki pemikiran jangka panjang. Sementara Jakob Oetama menilai, Kalla lebih mengedepankan kerja daripada hanya bicara dan duduk di belakang meja. ”Semangat kerjanya yang langsung turun ke lapangan merupakan warisan yang harus ditularkan,” kata Jakob Oetama.
Surya Paloh mengatakan, Kalla adalah sahabat yang konsisten. ”Kelebihannya yang luar biasa adalah kesabaran,” katanya.
Kalla mengakui, dia memang lebih senang bekerja dan mendorong masyarakat untuk bekerja. Namun, dia mengatakan, dalam bekerja tidak bisa tanpa bicara.
”Sebab, tanpa ada komunikasi dapat menimbulkan salah pengertian karena tidak ada penjelasan,” ujar Kalla.
Oleh karena itu, lanjut Kalla, selama ia menjabat wakil presiden, rapat koordinasi dengan para menteri bisa dilakukan seminggu dua kali.
Kalla menegaskan, ia selalu mengutamakan kemandirian dan mengkritisi sikap bangsa Indonesia yang kurang memaksakan diri untuk maju.
”Setelah dipaksa dan rasa percaya dirinya tumbuh, ternyata bangsa ini bisa maju dan melakukan apa pun,” katanya.
Namun, dalam bekerja, ia menegaskan selalu berkonsultasi lebih dahulu dengan presiden. ”Saya tidak pernah merasa susah karena susah saya anggap hiburan,” ujar Kalla. (THT)
Sumber: Kompas, Kamis, 22 Oktober 2009
No comments:
Post a Comment