LEBARAN 2009, Siti dan keluarga tidak bisa pulang ke Indonesia. ”Uangnya belum cukup untuk pulang. Lagi pula, kami belum punya surat,” ujar Siti, sepekan sebelum Lebaran.
Hadena Joyo (kanan), pemilik Waroeng Surabaya, sedang melayani pembeli, Minggu (12/7).KOMPAS/BUDI SUWARNA
Surat? Apa maksudnya? Sebagai buruh migran ilegal, Siti dan suaminya, Binbin, tidak memiliki surat izin bekerja di AS. Dengan begitu, jika mereka keluar dari AS, hampir dipastikan mereka tidak akan bisa masuk lagi. Begitulah yang Siti ketahui dari pengalaman teman-temannya sesama buruh ilegal yang telah pulang ke Indonesia.
Ini adalah Lebaran ke-7 di mana Siti tidak bisa mudik dan berkumpul dengan anak-anaknya di Tangerang. ”Sedih juga sih, tapi saya tetap berusaha menikmati Ramadhan dan Lebaran di Philadelphia,” kata Siti.
Untungnya, suasana Ramadhan di Philadelphia cukup ramai untuk ukuran di AS. ”Di sini kan banyak orang Indonesia, jadi suasana puasanya masih terasa,” tambah Siti.
Ketika berbincang-bincang dengan Kompas melalui internet, akhir September, Siti mengaku dia dan teman-teman akan menyiapkan acara shalat Id di sebuah lapangan di perkampungan buruh migran di Philadelphia.
Namun, seramai-ramainya puasa dan Lebaran di Philadelphia, Siti tetap kangen pada Indonesia. Dia mengatakan, jika tahun depan tidak mendapatkan surat izin kerja, dia akan pulang ke Indonesia. ”Saya akan wiraswasta saja di Tangerang. Kebetulan saat ini saya punya usaha jasa pengiriman barang,” kata Siti yang bekerja di AS sejak 2002.
Meski begitu, dia masih tetap berharap suatu saat bisa mendapatkan surat berharga itu. ”Saya sudah sembilan tahun di AS. Rasanya sayang kalau meninggalkan pekerjaan di sini begitu saja,” ujar Siti, awal Juli lalu.
Dino juga punya harapan yang sama. Bagaimanapun, dia ingin tenang bekerja di AS tanpa takut dikejar-kejar petugas imigrasi. ”Kami mau bayar pajak. Tapi pada siapa kami bayar, wong kami ini ilegal,” katanya, pertengahan Juli lalu.
Dino berharap presiden dan anggota DPR Indonesia yang terpilih dalam Pemilu 2009 ikut memikirkan nasib para buruh migran asal Indonesia yang sudah tahunan, bahkan belasan tahun, bekerja di AS. ”Waktu pemilu kemarin kami kan ikut memilih. Jadi sekarang tolong perjuangkan nasib kami.”
Siti berharap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang terpilih kembali bertemu dengan Presiden Barack Obama untuk membicarakan nasib buruh migran asal Indonesia di AS. Siti tahu pembicaraan seperti itu tidak akan mudah. ”Tapi yang penting dicoba dulu,” kata Siti. (BSW)
Sumber: Kompas, Minggu, 11 Oktober 2009
No comments:
Post a Comment