Wednesday, October 28, 2009

Sumpah Pemuda Alami Pendangkalan Makna

[JAKARTA] Sejarawan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Taufik Abdullah menilai, Sumpah Pemuda mulai mengalami pendangkalan makna. Salah satu penyebabnya adalah sebagian besar masyarakat mulai kehilangan semangat kekuatan dalam keberagaman.

"Para pemimpin bangsa ini seharusnya menyadari bahwa sumpah pemuda merupakan momen simbolik paling penting dalam perjalanan bangsa selain proklamasi kemerdekaan. Saat itu, semangat persatuan begitu kuat. Semangat para pemuda dari berbagai daerah, suku, dan agama ingin bersatu. Mereka ingin merdeka," katanya, kepada SP, di Jakarta, Rabu (28/10).

Taufik melanjutkan, kemerdekaan merupakan proses imajinatif yang sangat kreatif dari pemuda bangsa. "Itu diwujudkan dalam bingkai keberagaman untuk meraih cita-cita luhur bangsa ini. Makanya, cita-cita itu ditegaskan kembali dalam pembukaan UUD 1945," katanya.

Lawan Ideologi Pemecah

Senada dengan itu, Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Azis Syamsuddin sebelumnya, Selasa (27/10) mengatakan, semangat Sumpah Pemuda harus terus dipelihara dan ditingkatkan untuk menjaga kesatuan dan persatuan bangsa dan negara. Kalau dulu, semangat Sumpah Pemuda dikobarkan untuk melawan penjajah, sekarang semangat tersebut harus terus digelorakan untuk melawan kemiskinan, korupsi, ketidakadilan, dan ideologi-ideologi yang bisa memecah persatuan bangsa dan negara.

Dia menilai, mulai mengendurnya semangat Sumpah Pemuda belakangan ini disebabkan makin minimnya pendidikan kebangsaan yang diajarkan di sekolah. Dunia pendidikan sekarang terutama pendidikan dasar dan menengah kata Azis, sudah makin meninggalkan ajaran pendidikan budi pekerti serta pendidikan nasionalisme dan patriotisme. Bahkan, lanjutnya, banyak sekolah sudah tidak melaksanakan upacara bendera pada hari Senin dan hari-hari besar nasional. Akibatnya, banyak anak-anak sekarang saat menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya tidak dengan sikap yang baik dan banyak dari mereka juga tidak tahu apa isi dari Pancasila yang menjadi dasar negara. "Ini problem serius yang harus segera dicari solusinya. Pemerintah harus segera mengkaji ulang kurikulum pendidikan yang sudah tidak lagi memberi porsi penting lagi tentang kebangsaan dan rasa cinta kepada Tanah Air," tandas anggota Komisi III DPR ini.

Sementara itu, Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (Mennegpora) Andi Alfian Mallarangeng menegaskan, semangat Sumpah Pemuda yang dibangun oleh pemuda-pemuda pada 1928 atau 81 tahun silam sekarang ini harus ditanamkan melalui kegiatan kepanduan atau pramuka. Hal itu disampaikan Andi seusai memberikan penghargaan kepada sepuluh pemuda berprestasi di kantor Kemennegpora, Jakarta, Selasa (27/10).

Andi menegaskan, dalam kegiatan kepanduan orang dididik untuk bertoleransi, bersikap sosial, mandiri, disiplin, egaliter, religi, dan menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa.

Ketua DPD KNPI Papua Rivai Darus kepada SP, Rabu (28/10) mengimbau agar pemuda di Papua tidak berpikir primordial, tetapi harus berjiwa nasionalis. Namun, juga memikirkan masa depan agar Papua bisa setara dengan daerah-daerah lain di Indonesia.

Senada dengan itu, fungsionaris DPD KNPI Provinsi Papua Agripa Wally menambahkan, secara objektif perlu kita akui bahwa fenomena adanya jiwa nasionalisme Pemuda Indonesia menjadi pudar terlihat dari pergeseran nilai budaya bangsa Indonesia. Karena itu, semangat Sumpah Pemuda harus terus ditumbuhkan. [W-12/M-17/W-6/155/154]

Sumber: Suara Pembaruan, Rabu, 28 Oktonber 2009

No comments: