Sunday, October 25, 2009

[Pustaka] Mengidentifikasi Perluasan Makna Editor

Judul: Taktis Menyunting Buku
Penulis: Bambang Trim
Penerbit: Maximalis Imprint Salamadani
Tahun terbit: 2009
Tebal: 234 halaman


DI dalam setiap buku best seller, ada peranan editor yang turut menentukan. Setiap kali menyebutkan profesi seorang editor, tiap kali pula yang mendengarnya merasa asing. Ada yang malah menghubungkannya dengan tugas keuangan ‘“pasti yang dimaksud auditor. Perlu kuliah hingga beberapa SKS untuk paham betul tugas-tugas editor dan dasar-dasar editing.

Paragraf di atas dituliskan dalam sebuah kolom berjudul Secangkir Kopi Editor di Bab 3 buku Taktis Menyunting Buku yang ditulis oleh editor senior Bambang Trim.

Bambang Trim adalah energi perbukuan Indonesia. Ia pernah mengenyam pendidikan editologi di Program Studi D3 Editing UNPAD. Selanjutnya, ia malang melintang sejak 1994 di dunia perbukuan Indonesia hingga sempat membantu pendirian MQ Publishing dan Salamadani Publishing. Kariernya di dunia penulisan buku juga menorehkan prestasi hingga menulis lebih dari 90 judul buku yang diantaranya mampu menembus kategori best seller. Banyak buku best seller nasional juga lahir dari tangan dinginnya.

Selama 15 tahun berkecimpung dalam dunia editing dan mendalami editologi, salah satu ilmu langka di Indonesia, Bambang Trim memutuskan untuk menyarikan pengalamannya. Dalam buku setebal 234 halaman ini, ia memaparkan dengan gamblang dan penuh pengayaan mulai dari pengembangan karier editor hingga praktik standar seperti copy editing dan wawasan editologi, yaitu development editing.

Seperti yang diungkapkan penulis, bahwa ilmu pengeditan perlu beberapa SKS untuk dikuasai, maka buku ini juga bukannya lantas mau merangkum keseluruhan materi dalam SKS itu untuk pembaca. Melainkan untuk mencarikan jalan tercepat menuju informasi bernas tentang orientasi karier editor, dasar-dasar editing buku, dasar-dasar penerbitan buku, copyediting lengkap, development editing, dan integrasi editing-marketing. Apalagi informasi dan pengetahuan ini dibeberkan langsung oleh praktisinya.

Bolehlah dibilang kalau Taktis Menyunting Buku memang dibuat untuk para profesional di bidang perbukuan. Kalau pun tidak, buku ini sangat representatif dalam menyuarakan perihal identitas seorang editor. Masyarakat awam kerap menganggap editor sebagai seorang yang bertugas meralat penulisan yang salah saja. Akibatnya, peran editor seringkali tidak diutamakan dalam penulisan buku hingga saatnya buku tersebut diterbitkan.

Memang pada awalnya, menurut penulis, aktivitas editing spesifik digunakan untuk kegiatan memeriksa dan mengoreksi naskah. Namun, kemudian berkembang menjadi aktivitas yang lebih luas seperti memeriksa dan menyusun potongan-potongan film (editing film).

Cesa David Luckmansyah, editor film yang langsung jadi nomine Piala Citra untuk film pertamanya, Brownies, juga melihat adanya ketidaktahuan awam mengenai tugas seorang editor. Menurut Cesa, masyarakat awam hanya tahu bahwa tugas editor hanya menyambung shot. Tapi, sebenarnya editing film memuat analisis. Mood film bisa tergantung pada editor. Karenanya editor mesti punya bekal story telling selain teori editing. Pada tingkat intermediate dalam editing, editor bahkan bisa menentukan seorang aktor akan bagus atau tidak.

Sama halnya dalam bidang penerbitan media, di mana editing maknanya meluas pada pengadaan naskah, pengurusan legalitas, membantu promosi, pengembangan naskah, serta perencanaan penerbitan secara umum.

Alhasil, apa yang disebut editing pun lebih luas dari sekedar memperbaiki naskah, apalagi hanya sekedar memperbaiki bahasa naskah. Karena, tentu saja, memperbaiki naskah saja takkan sejalan dengan filosofi editing itu sendiri. Yaitu, seperti yang diungkapkan penulis; mengomunikasikan ide atau gagasan para penulis atau pengarang secara mudah jelas, benar, serta tepat kepada pembaca dengan sasaran prinsip menebarkan ilmu dan informasi yang bermanfaat untuk kemaslahatan publik.

Misalkan saja tugas editor dalam konteks development editing yang merupakan ”perluasan” makna editor yang difahami masyarakat secara tradisional. Fungsi development editor sama dengan fungsi research and development dalam industri. Ia harus kreatif dengan banyak gagasan segar untuk pengembangan naskah, termasuk juga pengembangan kontennya.

Pengembangan konten, dalam buku ini dilakukan dengan mempertimbangkan lima hal, yaitu mengemas hiburan, mengemas edukasi, mengemas kebutuhan, mengemas popularitas, dan mengemas buku berisikan kontroversi.

Seperti juga editor film yang bisa menguatkan film lewat pemilihan shot berdasarkan ketepatan story telling, development editor akan memikirkan banyak hal untuk penampilan konten serta konteks naskah tersebut hingga menjadi buku yang powerful. Sayangnya, penulis melihat bahwa keberadaan development editor di Indonesia masih terasa asing dan dianggap secara umum sebagai editor saja.

Penulis tidak ingin setengah-setangah dalam berbagi ilmunya mengenai praktik editorial. Selain memberi banyak contoh proses edit, ia juga memuat berbagai ketentuan perihal proses editing. Khususnya persoalan teknis dasar mengedit naskah. Misalnya ketika penulis menjabarkan satu per satu alat kerja yang penting ada di atas meja, seperti bulpen berwarna cerah, pensil, kertas tempel (post-it), penghapus, stapler, atau selotip, dan kalau perlu, sebuah kalkulator.

Tidak kalah penting yang harus berada di meja kerja editor adalah buku referensi standar seperti kamus-kamus bahasa berbagai terbitan dan spesifikasi, termasuk buku pedoman EYD, ensiklopedia berbagai bidang, buku gaya selingkung penerbit jika memang ada, dan buku-buku sumber lainnya.

Dalam bagian pembahasan Praktik Editing Naskah (bab 6) ini, penulis juga memberikan latihan membaca cepat atau skimming sekaligus rumus dasar menghitung kecepatan membaca. Hal ini dilakukan dalam proses membaca pertama di mana editor mesti dalam keadaan rileks dan menanamkan minat meski yang dibaca bukanlah bidang yang didalami. Teknik speed reading bisa terlaksana dengan menghindari vokalisasi, membaca dengan menggerakkan bibir, membaca dengan menggerakkan kepala ke kanan dan ke kiri, membaca dengan dibantu jari telunjuk, serta membaca ulang karena mata bergerak lagi ke kiri akibat tidak percaya diri (regresi).

Selain hal-hal yang sangat teknis yang bermnafaat bagi para praktisi, Taktis Menyunting buku sarat akan teori mengenai dunia perbukuan secara umum. Dilengkapi dengan bagan yang memperjelas alur sebuah proses editing atau pun proses dalam penerbitan lainnya, buku ini telah menggambarkan kepada khalayak luas tentang buku itu sendiri. Termasuk proses pengerjaan dan siapa saja yang berperan dibalik kesuksesan sebuah buku.

Semua novel yang mendapatkan penghargaan internasional, termasuk Nobel, saya yakin pasti ada merupakan kerja keras para editor dibaliknya, tulis Bambang yang setuju jika istilah editing diterjemahkan menjadi menyunting dalam bahasa Indonesia, karena bermakna menyusun atau menata sehingga sangat berbau seni dengan bahan baku tulisan.

Selain identifikasi tugas spesifik editorial, seperti administrasi pernaskahan, editing naskah, editing isi, bahkan membantu persiapan pameran atau promosi buku, buku ini secara tidak langsung juga memaparkan mengenai editor sebagai pilihan profesi yang menjanjikan karena belum banyaknya persaingan terkait kurangnya tenaga yang benar-benar ahli di bidang ini.

Dengan gaya bahasa saya-anda, penulis seolah menciptakan “ruang” perkuliahan versi cetak di mana teori sesekali diperjelas lewat contoh serta tips dan visual seperti cetakan bagan, halaman bergambar seperti komik-strip, foto-foto buku dan event perbukuan. Mata pembaca juga sesekali diistirahatkan dengan kolom Secangkir Kopi Editor, membatasi setiap bab, yang mengantarkan pada materi selanjutnya. Ditambah juga dengan adanya intermezo lainnya.

Hasilnya, buku ini layak disebut sebagai panduan praktis untuk para editor atau para peminat karier profesional sebagai editor. Apalagi ia juga dilengkapi dengan lampiran seperti acuan contoh tanda-tanda koreksi dan contoh tes untuk menjadi seorang editor. Jadi, siapkah Anda bersaing untuk jadi editor yang cerdas dan cergas?

Syifa Amori


Sumber: Jurnal Nasional, Minggu, 25 Okt 2009

No comments: