Jakarta, Kompas - Peluncuran dua buku, Iluminasi dalam Surat-surat Melayu Abad Ke-18 dan Ke-19 dan Kedwiaksaraan dalam Pernaskahan Nusantara, Rabu (21/10) di Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, mendapat perhatian luas kalangan ahli filologi dan budayawan.
Surat-surat kerajaan Melayu abad ke-18 dan abad ke-19 ternyata tak hanya dapat dipandang sebagai jagat kecil peradaban Nusantara, tetapi juga mengandung informasi tentang hubungan politik, diplomatik dan ekonomi, afiliasi keagamaan, serta corak kesusastraan.
”Dalam surat-surat Melayu yang secara visual diberi gambar (ragam hias) geometrik, kaligrafi, dan ragam hias tetumbuhan melambangkan hadirnya peradaban yang menarik untuk dikaji,” kata budayawan dan guru besar dari Universitas Paramadina, Prof Dr Abdul Hadi WM, ketika membahas buku Iluminasi dalam Surat-surat Melayu Abad Ke-18 dan Ke-19, yang ditulis Mu’jizah.
Abdul Hadi menjelaskan, naskah-naskah kuno yang merupakan lambang peradaban itu di Indonesia relatif banyak, tetapi kurang dipelihara. Tidak seperti di China atau di Iran, yang sangat peduli dengan pemeliharaan dan perawatan naskah-naskah kuno.
Edi Sedyawati, Ketua Tim Penelitian untuk Kajian Tipologi Kedwiaksaraan dalam Pernaskahan Nusantara, mengatakan, kedwiaksaraan dalam pernaskahan Nusantara merupakan permasalahan yang selama ini belum pernah dijadikan subyek penelitian tersendiri oleh siapa pun.
”Kedwiaksaraan atau bahkan kemultiaksaraan dalam pernaskahan Nusantara merupakan sesuatu yang unik dan penuh makna,” ujarnya. (NAL)
Sumber: Kompas, Kamis, 22 Oktober 2009
No comments:
Post a Comment