Thursday, October 15, 2009

Ekskavasi Trowulan Terancam Hujan, Aliran Air dan Tenda Sementara Dibuat

Mojokerto, Kompas - Ekskavasi tahap kedua pembangunan Pusat Informasi Majapahit di Situs Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, terancam hujan. Struktur bangunan peninggalan zaman Majapahit yang sudah dikupas dikhawatirkan rusak jika tergenang air.

Sejumlah lulusan baru Jurusan Arkeologi Universitas Indonesia dan Universitas Gadjah Mada tengah meninjau lokasi ekskavasi di lokasi pembangunan Pusat Informasi Majapahit (PIM) di Situs Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Senin (12/10). Mereka di bawah bimbingan salah seorang anggota tim evaluasi pembangunan PIM, Osrifoel Oesman. Mereka akan dilibatkan dalam ekskavasi tahap kedua yang direncanakan berakhir pada 26 Oktober 2009. (KOMPAS/INGKI RINALDI)

Direktur Peninggalan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Junus Satrio Atmodjo, Rabu (14/10), mengkhawatirkan, aliran air hujan diperkirakan bakal memicu kecepatan rontoknya dinding-dinding lubang kotak yang telah digali. Selain itu, kepekatan air yang tinggi diduga bakal membuat struktur rapuh yang sudah dikupas ambrol.

Ia menambahkan, kekhawatiran lain adalah faktor rembesan air tanah dari bawah yang bisa mengancam temuan batu bata kuno. Menurut Junus, batu bata kuno yang sudah dikuak dikhawatirkan bakal lebih mudah diserang jamur dan ditumbuhi tanaman, retak, atau pecah.

Untuk mengantisipasi itu, Junus mengatakan, saat ini pihaknya sedang merencanakan pengatapan sementara terhadap kawasan yang sudah diekskavasi. Adapun luas ekskavasi tahap kedua sekitar 546 meter persegi.

Ketua Tim Evaluasi Pusat Informasi Majapahit (PIM) Prof Mundardjito mengatakan, musim hujan yang akan segera datang tidak perlu dikhawatirkan. ”Kami punya ahli yang sudah mengetahui ke mana aliran air hujan nanti akan mengarah,” ujar Mundardjito.

Arah aliran air yang bakal diatur itu diharapkan tidak terlalu berpengaruh terhadap percepatan laju perusakan situs.

Selain itu, lanjut Mundardjito, tim saat ini sedang mempersiapkan sebuah bangunan tenda sementara untuk melindungi kawasan situs yang sudah diekskavasi.

Salah seorang anggota Tim Evaluasi PIM, Osrifoel Oesman, menegaskan, ekskavasi yang dilakukan tidak akan mengikuti alur pembangunan PIM pada 2008 lalu, yang merusak sebagian situs.

Berdasarkan catatan Kompas, proyek PIM yang dirancang oleh arsitek Baskoro Tedjo itu memakan lahan seluas 2.190 meter persegi. Namun, berdasarkan pengukuran terakhir Tim Evaluasi PIM, total luas lahan pembangunan PIM berupa bangunan berbentuk bintang bersudut delapan, yang disebut Surya Majapahit, seluas 3.100 meter persegi. (INK)

Sumber: Kompas, Kamis, 15 Oktober 2009

No comments: