Friday, October 23, 2009

Nabil Award: Tiga Peneliti mengenai Tionghoa Terima Penghargaan

Jakarta, Kompas - Tiga peneliti yang aktif meneliti masalah integrasi etnis Tionghoa dalam masyarakat Indonesia mendapat penghargaan dari Yayasan Nabil. Mereka dianggap berjasa dalam upaya integrasi dan proses pembangunan bangsa (nation building), baik dengan karya tulis ilmiah, penelitian, ceramah akademisi, maupun dalam pergaulan keseharian mereka.

Ketiga peneliti itu adalah Dra Myra Sidharta dan Mely G Tan, PhD (keduanya dari Indonesia) serta Prof Charles A Coppel (peneliti dari Australia). Penyerahan penghargaan dilakukan di Jakarta, Kamis (22/10).

Menurut Eddie Lembong, Pendiri dan Ketua Yayasan Nabil, pemberian penghargaan ini sebagai ungkapan terima kasih atas upaya memperkuat rantai kebangsaan yang telah dilakukan. ”Ingat, kekuatan sebuah rantai ditentukan oleh mata rantai yang paling lemah,” ujar Eddie Lembong.

Dalam penghargaan yang diselenggarakan untuk ketiga kalinya ini, untuk pertama kalinya diberikan kepada para peneliti dari Indonesia. Sebelumnya peraih penghargaan ini berasal dari Perancis, Amerika Serikat, dan Singapura.

Dalam pidato pertanggungjawaban penganugerahan Nabil Award 2009, Prof Dr Saparinah Sadli selaku Dewan Pakar Yayasan Nabil mengatakan, Myra Sidharta sangat besar peranannya dalam historiografi sejarah peranakan Tionghoa di Indonesia. Upaya Myra telah dilakukan sejak pemerintahan Orde Baru, yang menabukan hal-hal yang berbau Tionghoa.

”Dalam kurun waktu 30 tahun, Myra Sidharta dengan tekun serta konsisten memberikan kontribusi penting dalam menunjukkan peranakan Tionghoa sebagai bagian integral dari sejarah bangsa Indonesia,” kata Saparinah.

Sebagai sosiolog, Mely G Tan juga dianggap banyak berperan aktif dalam pembangunan bangsa. Mely meneliti etnis Tionghoa dan kaitannya dengan asimilasi, identitas, dan diskriminasi.

Pembangunan keseluruhan

Dia tidak hanya membahas pada tataran antarmasyarakat Tionghoa sendiri atau hubungan antara masyarakat Tionghoa dan masyarakat lain serta negara semata, tetapi juga berkaitan dengan masalah pembangunan Indonesia secara keseluruhan. ”Semua yang dilakukan Mely bermanfaat bagi proses nation building,” tutur Saparinah.

Sementara itu, Associate Prof Charles A Coppel dinilai sebagai salah satu dari sedikit sarjana luar negeri yang mengkaji etnis Indonesia-Tionghoa. Dalam berbagai studinya, Coppel mengingatkan pentingnya memahami minoritas Tionghoa dari sudut pandang budaya dan tidak melulu jatuh dalam kerangka politik kekuasaan.

”Masyarakat peranakan telah memberikan sumbangsih di berbagai bidang. Tidak bisa lagi mereka dibedakan menjadi kelompok yang lain atau satu komunitas yang terpisah dari Indonesia yang luas ini,” kata Saparinah. (ARN/ONG)

Sumber: Kompas, Jumat, 23 Oktober 2009

No comments: