Jakarta, Kompas - Kurikulum pendidikan yang berlaku saat ini lebih menekankan pada hafalan dan mengabaikan kreativitas siswa. Karena itu, kurikulum di semua jenjang pendidikan harus dievaluasi sehingga potensi individu siswa tergali sekaligus bisa mengembangkan kreativitas mereka.
”Tidak usah dulu mengejar standar-standar internasional. Namun, esensi pendidikan untuk bisa menciptakan siswa yang mampu mengembangkan rasa ingin tahu, kreatif, dan punya kemampuan belajar sepanjang hayat yang perlu dikejar,” kata S Hamid Hasan, Ketua Umum Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia, yang dihubungi dari Jakarta, Jumat (30/10).
Menurut Hamid, pembenahan kurikulum itu, terutama membuat standar isi dan standar kompetensi lulusan, bisa menghasilkan siswa-siswa yang memiliki rasa ingin tahu, mandiri dalam belajar, serta kreatif dan inovatif, termasuk juga memiliki sikap-sikap kewirausahaan.
Secara terpisah, Antonius Tanan, Presiden Direktur Universitas Ciputra Entrepreneur Center, mengatakan, kurikulum pendidikan yang sudah diterapkan itu perlu diperkaya dari sisi isi atau materi. Penekanannya harus memberi ruang untuk berkembangnya kreativitas dan kewirausahaan abad XXI.
”Pola-pola pengajaran mesti bisa membangun kreativitas dan keterampilan hidup atau lifeskills siswa,” ujar Antonius.
Menurut Antonius, secara konsep tentang pendidikan holistik sebenarnya Indonesia sudah menuangkannya dalam Pasal 3 UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
”Konsep pendidikan menjadikan siswa manusia paripurna sudah benar. Namun, kita lemah dalam implementasinya,” kata Antonius Tanan. (ELN)
Sumber: Kompas, Sabtu, 31 Oktober 2009
No comments:
Post a Comment