Laporan Wartawan Kompas, Yurnaldi
JAMBI, RABU -- Potensi pasar buku-buku sastra relatif besar dan dinamis, yang penting bagaimana membaca peluang. Buku lain yang epigon judulnya dengan Ayat-Ayat Cinta seperti Bait-Baik Cinta, juga laris. Dalam beberapa bulan sudah terjual sekitar 40.000 eksemplar.
Bahkan, buku-buku novel remaja (teenlit), yang selama ini belum dilirik Yayasan Obor, ketika pertama kali menerbitkannya, dalam tempo 4 bulan bisa terjual 4.000 eksemplar. Sementara, buku sastra Sapardi Djoko Damono, dalam tempo setahun belum tentu terjual 1.000 eksemplar.
Demikian benang merah diskusi Temu Sastrawan Indonesia I, Rabu (9/7) di Jambi, dengan pembicara Presiden Komunitas Sastra Indonesia Ahmadun Yosi Herfanda dan General Manager Yayasan Obor, Kartini Nurdin.
Ahmadun yang juga Redaktur Sastra Republika mengatakan, media cetak sudah sejak lama amat memanjakan karya sastra. Mereka menyediakan tempat untuk pemuatan karya sastra berupa puisi, cerpen dan roman/novel. "Khusus Republika, memberikan banyak peluang kepada sastrawan daerah, perbandingannya 70:30. Artinya, hanya 30 persen kesempatan itu untuk mereka yang di ibu kota. Untuk cerpen panjang 8.000 karakter dan esai/tulisan sastra sekitar 4.500 karakter. Untuk puisi, lebih mengutamakan penulisan yang tipografinya konvensional," jelas Ahmadun.
Menurut Ahmadun, seperti halnya sastra, rubrik sastra di surat kabar mampu mempengaruhi munculnya mainstream atau kecenderungan dominan dalam sastra. Munculnya kecenderungan sufistik dalam perpuisian Indonesia pada paruh pertama dasawarsa 1980an misalnya, tidak terlepas dari peran Abdul Hadi WM yang memompakan kecenderungan tersebut melalui rubrik sastra (Dialog) harian Berita Buana yang diasuhnya.
"Suratkabar tidak hanya berperan memberikan informasi tentang berbagai peristiwa sastra, tidak juga hanya memuat karya-karya sastra terpilih dari para pengirimnya, tetapi juga turut membangun suatu fenomena dan mendorong 'arus besar' dalam perkembangan sastra," tambahnya.
Begitu juga buku. Buku Perempuan di Titik Nol, merupakan buku sastra terbitan Yayasan Obor yang bestseller. Untuk penerbitan buku-buku novel teenlit, Yayasan Obor pada awalnya sempat dikritik pembaca, karena Yayasan Obor identik dengan buku-buku serius dan berkelas. Yang cukup kuat adalah bidang kesusasteraan yang dikenal seri Sastra Dunia dan Seri Sastra Dunia Ketiga.
Yurnaldi
Sumber: Kompas Entertainment, Selasa, Rabu, 9 Juli 2008
No comments:
Post a Comment