JAMBI, SELASA - Strategi transaksional merupakan salah satu strategi yang tepat dan perlu dikembangkan dalam pembelajaran sastra, apalagi jika dikaitkan dengan pencapaian tujuan utamanya, yakni terbinanya literary appreciation.
Kritikus sastra Prof Dr Suminto A Sayuti mengatakan hal itu, Selasa (8/7), pada Temu Sastrawan Indonesia I di Kota Jambi. "Pembaca hampir selalu memperhitungkan latar belakang pengalaman dan pengetahuannya tatkala mereka terlibat dalam penyusunan makna teks yang dihadapinya. Lewat transaksi-transaksinya dengan teks, pembaca (siswa) menyusun makna dalam rentangan kemungkinan yang disediakan oleh teks tertentu," katanya.
Menurut Suminto, transaksi itu pada hakikatnya merupakan konversi atau dialog terus-menerus antara teks dan pembaca. Negosiasi itu sendiri, dengan demikian, merupakan suatu proses yang meniscayakan pergeseran dari makna yang didasarkan pada teks, meaning-getting, ke konseptualisasi membaca sebagai meaning-making.
Membangkitkan harapan, mengubah, memeriksa dan memperluas kesan serta memecahkan teka-teki (dalam teks) merupakan sesuatu yang bersifat aktif. Aktivitas yang bertahap itu dapat dikembangkan melalui pembelajaran.
Selama pembelajaran berlangsung, kata Suminto, guru dapat membawa siswa untuk menduga-duga, merefleksikan dan membuat proses berpikir mereka eksplisit dan karenanya, refleksi dan proses berpikir itu hendaknya dipertimbangkan sebagai sarana yang dapat dipergunakan.(NAL) Dalam mengupayakan pencapaian tujuan pembelajaran sastra yang apresiatif, sudah saatnya kecenderungan yang ada diimbangi dengan perspektif teoretis atau ajaran lain. Dengan pandangan yang tidak hanya mempertimbangkan "membaca" sastra sebagai proses "transmission", pemindahan makna yang dibangunkan.
Yurnaldi
Sumber: Kompas Entertainment, Selasa, 8 Juli 2008
No comments:
Post a Comment