Jakarta, Kompas - Sekitar 300 museum di seluruh Indonesia selama ini dikelola tanpa kurator yang benar-benar mengerti ilmu permuseuman atau museologi. Akibatnya, museum, yang sebagian besar milik pemerintah itu, hanya menjadi tempat menyimpan dan memajang benda-benda bersejarah tanpa ada susunan kronologi ataupun penjelasan konteks bagi pengunjungnya.
Demikian terungkap dalam perbincangan Kompas dengan guru besar Ilmu Arkeologi dari Universitas Indonesia, Prof Dr Mundardjito, di Jakarta, Minggu (7/2).
”Sebagian besar kepala museum negeri hanya mengelola masalah administrasi dan bukan orang yang memiliki latar belakang pendidikan formal museolog,” kata Mundardjito, yang menambahkan bahwa hingga kini belum ada satu lembaga pendidikan pun di Indonesia yang membuka program pendidikan ilmu permuseuman ini.
Menurut dia, wajar saja jika masyarakat awam yang mengunjungi museum-museum itu bingung dan merasa tidak mendapatkan apa-apa karena penataan benda koleksi museum saat ini belum mampu menampilkan nilai informatif yang penting dan perlu diketahui berbagai lapisan masyarakat.
Ditemui terpisah, sejarawan Universitas Indonesia dan mantan Direktur Sejarah dan Museum Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Anhar Gonggong, mengatakan, pemerintah dan sebagian orang yang menangani museum saat ini tak mengerti betul apa itu museum dan bagaimana fungsinya.
Akibatnya, lanjut Anhar, benda-benda koleksi museum hanya dianggap sebagai sekumpulan benda mati yang tidak berbicara apa-apa tentang sejarah dan museum pun dikelola hanya dengan pendekatan pariwisata belaka.
Secara terpisah, Direktur Museum Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Intan Mardiana mengatakan, pada Tahun Kungjung Museum 2010 ini diharapkan setiap museum daerah di Indonesia mempunyai kreativitas sehingga museum menjadi lebih menarik dikunjungi oleh sejumlah kalangan. (DHF/IAM/LAM)
Sumber: Kompas, Selasa, 9 Februari 2010
No comments:
Post a Comment