FOTO karya wartawan Kompas Priyombodo yang melukiskan Gus Dur atau KH Abdurrahman Wahid tengah duduk di kursi dengan mata sedikit terpejam dijadikan ilustrasi sampul buku Perjalanan Politik Gus Dur terbitan Penerbit Buku Kompas, Januari 2010. Sebelumnya, foto serupa juga dijadikan foto master harian Kompas terbitan 31 Desember 2009 saat surat kabar ini memberitakan wafatnya Presiden keempat RI itu, Rabu (30/12) pukul 18.45 di RSCM, Jakarta.
Menurut Priyombodo, foto itu diambil di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail Jakarta, akhir Januari 2007. Jadi, bukan foto terbaru Gus Dur. Meski demikian, karena dinilai ”kuat”, foto tersebut dipilih Kompas dan Penerbit Buku Kompas.
Buku Perjalanan Politik Gus Dur dengan prolog Abdul Munir Mulkhan ditujukan untuk menghormati guru bangsa yang wafat pada usia 69 tahun itu. Oleh karenanya, kata pendahuluan buku bukan menggunakan kalimat pembuka dari editor seperti biasanya, melainkan mengutip liputan lengkap wartawan Kompas menyangkut wafatnya Gus Dur.
”Kepastian meninggalnya Gus Dur disampaikan Ketua tim Dokter Yusuf Misbah yang merawat Gus Dur sejak 26 Desember lalu di RSCM dengan didampingi Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih” (hlm ix).
Seperti tertulis dalam kata pendahuluan, Gus Dur mengalami komplikasi penyakit ginjal, diabetes, stroke, dan jantung. ”Pukul 18.15 tim dokter menyatakan kesehatan Gus Dur dalam kondisi kritis.” Ia kemudian dinyatakan wafat setengah jam kemudian.
Terbagi ke dalam tiga bab, berturut-turut Politik Politisi, Politik Ulama; Presiden Santri; dan Bulloggate, Dekrit, dan Kembali ke Ciganjur, buku Perjalanan Politik Gus Dur berisi tulisan-tulisan tentang Gus Dur yang pernah dimuat di Kompas ketika bapak empat anak itu belum menjadi presiden, saat menjadi presiden, dan setelah wafat. Halaman terakhir (278) mengambil judul Wahid Kembali ke ”Rumah Rakyat” di Ciganjur.
”Ibu-ibu pengajian di kawasan Ciganjur hari Jumat (3/8/2001) menyambut dengan hangat kedatangan mantan Presiden Abdurrahman Wahid dan Ny Shinta Nuriyah dengan menabuh rebana. Begitu mobil yang membawa Abdurrahman Wahid tiba di Ciganjur, masyarakat yang menunggu di situ serentak mendekat agar mereka bisa melihat mantan presiden itu dari dekat”. Gus Dur hanya mendiami Istana sekitar dua tahun (dari sekurangnya lima tahun), sebelum akhirnya diganti Megawati Soekarnoputri sebagai buntut pemakzulan.
Penerbit Buku Kompas menerbitkan empat judul buku pascawafatnya Gus Dur. Tiga lainnya adalah Gus Dur Menjawab Kegelisahan Rakyat, Gus Dur Menjawab Perubahan Zaman, dan Gus Dur Santri Par Excellence. Di luar keempat judul tersebut, penerbit lain juga beramai-ramai menerbitkan buku tentang Gus Dur. Tujuannya satu: untuk memberi pencerahan siapa Gus Dur dengan plus-minusnya. (POM)
Sumber: Kompas, Senin, 8 Februari 2010
No comments:
Post a Comment