* Tak Bisa Terbeli oleh Uang
Jakarta, Kompas - Kepuasan batin menjadi motivasi utama para penulis buku untuk terus kreatif. Bahwa menulis buku juga menghasilkan uang, hal itu umumnya disyukuri sebagai ”berkah sampingan” di luar pekerjaan utama mereka.
”Kepuasan batin itu tidak bisa terbeli dengan uang. Apalagi, buku terakhir saya, Hadratussyaikh Hasyim Asy’Ari, menyusul Mekkah dan Madinah, sudah habis dalam waktu tidak lebih dari satu bulan dan kini memasuki cetak ulang,” kata Zuhairi Misrawi, yang juga sibuk di Moderate Moslem Society kepada Kompas, Rabu (17/2) di Jakarta.
Hal senada juga diungkapkan Damien Dematra, penulis Sejuta Hati untuk Gus Dur. ”Menulis itu untuk idealisme dan kepuasan batin. Memang, dari segi penghasilan, belum bisa memuaskan. Di Indonesia agaknya masih sulit untuk hidup layak sebagai penulis. Meskipun demikian, dari segi kreativitas dan batin, saya terpuaskan dengan menulis buku,” kata Damien, yang juga su tradara dan produser film itu.
Singkat
Zuhairi mengemukakan, buku Hadratussyaikh Hasyim Asy’Ari diselesaikan dalam waktu 20 hari, 10 hari untuk menulis dan 10 hari berikutnya untuk pengeditan. Waktu singkat juga dialami saat menulis Madinah. ”Yang agak lama, justru waktu menulis Mekkah, hampir dua bulan. Saat itu memang saya belum menemukan pola dalam membuat buku yang sesuai selera dan kemampuan pembaca,” kata Zuhairi seraya menambahkan bahwa pembaca sekarang memerlukan bacaan yang ringan, tidak berbelit-belit, menambah informasi, ada unsur sejarah, dan bisa dijadikan sarana refleksi.
Zuhairi menggunakan kemampuannya berbahasa Arab, salah satu hasil belajar di Timur Tengah, dan bahasa Inggris. Kemampuan itu amat membantu dalam check dan recheck. ”Penerbit juga banyak memberikan dorongan, membuat saya makin semangat. Sekarang saya sudah menentukan target, tiap hari harus menyelesaikan 15 halaman dan kalau bisa tiap bulan menghasilkan satu buku,” ujarnya.
Kelancaran menulis juga dialami Damien. Penulis muda usia ini sudah menulis 52 novel, buku, dan skenario. Dari jumlah itu, tujuh buku yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama diselesaikan dalam waktu dua bulan.
Buku-buku itu, antara lain, adalah Demi Allah Aku Menjadi Teroris; Tuhan, Jangan Pisahkan Kami, dan yang supercepat Sejuta Hati untuk Gus Dur dikerjakan dalam waktu tiga hari tiga malam. ”Itu benar-benar supercepat. Biasanya saya memerlukan waktu empat sampai lima hari,” kata lulusan Western University of Sydney jurusan International Business and Finance ini.
Pendalaman
Meskipun ada sejumlah penulis yang bisa menuangkan gagasan dengan cepat dalam bentuk buku, ada juga yang penulis yang memerlukan waktu lama untuk menuangkan gagasannya. Mereka biasanya menulis buku referensi yang banyak digunakan dalam dunia pendidikan tinggi.
”Untuk buku referensi, mau tidak mau harus banyak membaca, mengendapkan, mengolah kata-kata secara tepat, dan lainnya. Mengingat langkah yang dijalankan untuk buku referensi lebih panjang, membuat produksi buku referensi tak bisa sebanyak buku umum lainnya,” lanjut seorang dosen.
Dari tangan dosen lulusan Universitas Sorbonne ini telah lahir disertasi Le Statut epistemologique de L’enseignement Social de L’Eglise Catholique yang tersebar di Perancis dan Eropa, Etika Politik dan Kekuasaan, serta Etika Komunikasi. (TON)
Sumber: Kompas, Kamis, 18 Februari 2010
No comments:
Post a Comment