DALAM gerakan mahasiswa, yang tidak dapat diabaikan adalah gerakan mahasiswa ekstrakampus. Organisasi seperti Himpunan Mahasiswa Islam, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, dan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia memang tak bisa banyak bergerak di kampus setelah pemerintah Orde Baru memberlakukan Normalisasi Kehidupan Kampus pada 1978. Namun, organisasi ekstrakampus ini yang lebih banyak berperan dalam gerakan mahasiswa beberapa tahun terakhir.
Sosiolog dari FISIP Universitas Indonesia yang mantan aktivis mahasiswa, Robertus Robert, memberi ciri gerakan ekstrakampus, yaitu tidak banyak melibatkan kampus dan memiliki kaitan dengan elite politik.
Organisasi ekstrakampus ini merekrut kadernya dari kalangan mahasiswa dan berusaha menempatkan mereka di dalam organisasi intrakampus. Hal ini sebetulnya sudah terjadi sejak tahun 1970-an ketika mahasiswa bisa berada di dalam senat mahasiswa dan menjadi anggota organisasi mahasiswa ekstrakampus.
Salah satu organisasi mahasiswa yang bertahan sejak zaman kemerdekaan dan tetap aktif adalah HMI. Ketua HMI Majelis Penyelamat Organisasi (HMI MPO) Chozin Amirullah dalam tulisannya, Sejarah HMI dari Zaman Kemerdekaan sampai Reformasi, menyebutkan, tahun 1980-an adalah masa pertumbuhan gerakan Islamisasi kampus. Kelompok pengajian kampus (halaqoh) tumbuh. Meskipun terdiri dari banyak aliran, mereka punya isu sama, yaitu kebangkitan Islam, sehingga membuat HMI masih bertahan.
HMI MPO—tambahan nama MPO untuk membedakan dari HMI-Dipo—lahir menjelang Kongres XVI HMI di Padang, Sumatera Barat, 24-31 Maret 1986. Saat itu HMI pecah karena pemerintah memaksakan asas tunggal Pancasila. Sejak kelahirannya, HMI MPO bersikap kritis terhadap Orde Baru meskipun tak terbuka. Organisasi ini awalnya sangat kanan dan radikal dengan penekanan nilai keislaman dan kejuangan. Untuk tak bertentangan dengan pemerintah, kelompok ini melakukan kegiatan kajian epistemologis. Selain tak membutuhkan biaya, juga aman dari tuduhan subversif dan sejalan dengan fitrah intelektual mahasiswa.
Di luar itu, HMI MPO memiliki sayap aksi, antara lain Forum Komunikasi Mahasiswa Islam Jakarta (FKMIJ) dan Liga Mahasiswa Muslim Yogyakarta (LMMY). Kedua sayap itulah yang banyak melakukan aksi demo pada era 1990-an dan setelah 1998, bersama Partai Rakyat Demokratik dan Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID).
LMMY mengawali aksi demo menolak Orde Baru di Yogyakarta pada 2 dan 3 April 1998 yang kemudian diikuti gerakan serupa oleh kelompok mahasiswa lainnya di Jakarta. Kemudian pada 18-23 Mei 1998, HMI MPO adalah kelompok yang pertama bersama Forum Komunikasi Solidaritas Mahasiswa Jakarta (FKSMJ) dan Forum Kota (Forkot) yang menduduki gedung tersebut. Mulai awal reformasi, kesigapan HMI merekrut anggota ditandingi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia yang kemudian masuk dalam kepengurusan Partai Keadilan dan kemudian menjadi Partai Keadilan Sejahtera. (MAM)
Sumber: Kompas, Jumat, 12 Februari 2010
No comments:
Post a Comment