HADRATUSSYAIKH atau yang terhormat mahaguru atau mahaulama Hasyim Asy’ari akrab dipanggil Kiai Hasyim adalah sosok ulama yang paling banyak diperbincangkan dalam dua abad terakhir. Ia mereprentasikan karakter ulama yang khas Indonesia. Selain sebagai sosok yang mempunyai kecerdasan intelektual, ia juga seorang organisatoris, pendidik, bahkan warga yang mempunyai etos kerja dan asketisisme yang tinggi.
Zuhairi Misrawi, intelektual muda Nahdlatul Ulama (NU) yang lahir di Sumenep, Madura, tahun 1977, secara menarik menulis tentang Kiai Hasyim dalam buku yang ia beri judul Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari-Moderasi, Keumatan, dan Kebangsaan terbitan Penerbit Buku Kompas, Januari 2010.
Bersama sejumlah ulama terkemuka, Hasyim Asy’ari mendirikan NU pada 31 Januari 1926 sebagai tonggak gerakan moderat yang menggabungkan gagasan keumatan dengan ide kebangsaan. Hingga sekarang NU berada di garda terdepan dalam mengawal Pancasila dan UUD 1945 untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kiai Hasyim telah membuktikan dan melakukan bahwa antara keislaman dan keindonesiaan tidak boleh dipertentangkan. Keduanya harus berada dalam satu napas. Islam adalah nilai-nilai adiluhung yang bersifat universal, sedangkan keindonesiaan adalah realitas sosial yang harus diisi dengan nilai-nilai itu tanpa harus menafikannya. (hlm 6).
Menurut Yudi Latif, cendekiawan Muslim dan Associate NU Circle, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari adalah sosok penting dalam perjalanan bangsa ini. Signifikansi pemikiran dan pengabdiannya tidak diragukan lagi, terutama tatkala bersama para ulama mendirikan NU dan berjuang untuk kemerdekaan RI.
”Buku ini perlu dibaca untuk memperluas horizon pemikiran keislaman dan kebangsaan Tanah Air”, demikian Yudi Latif tentang buku setebal 374 halaman tersebut.
Dua tokoh NU, KH Salahuddin Wahid dan Dr H Nadirsyah Hosen, dipilih untuk menulis kata pengantar buku ini. ”Buku karya Zuhairi ini mengungkap banyak aspek yang berkaitan dengan pemikiran dan peran Mbah Hasyim dalam kaitan dengan NU dan bangsa serta negara Indonesia,” katanya.
Sebelumnya, Zuhairi Misrawi menulis dua buku, Mekkah dan Madinah, yang keduanya oleh Penerbit Buku Kompas dinyatakan sebagai best seller. Zuhairi sebagai penulis sangat produktif, khususnya tentang pemikiran Islam kontemporer, politik, toleransi, dan dialog antaragama.
Di tempat lain, Anthony Dio Martin (38), seorang praktisi bisnis, trainer, speaker, ahli psikologi, dan juga personal coach, kembali menulis buku. Ia memberi judul Toxic Employee, Cara Ampuh untuk Mengenali dan Menghadapi Para Karyawan Bermasalah!
Ini merupakan buku keenam Dio Martin. Sebelumnya, psikolog lulusan UGM itu menulis soal Emotional Quality Management (tentang pengembangan kecerdasan emosional di Indonesia), Management Intrapreneurship, Smat Emotion Volume 1 & 2, dan terakhir buku Pelampung Hati (kumpulan kisah inspirasi) yang pernah disiarkan di radio Sonora, Jakarta.
Dalam kata pengantar atas buku terbitan HR Excellency, Dio Martin menuturkan bahwa tujuan terpenting dari buku ini adalah untuk menjelaskan bukan untuk melabel orang. ”Bahaya terbesar dari membaca buku semacam ini yang perlu dihindari adalah tendensi untuk melabel orang-orang di sekeliling Anda dan untuk tujuan itu, buku ini dihadirkan,” tutur Dio Martin.
Katanya lagi, buku hadir supaya para pembaca lebih paham, lebih mengerti sekaligus mempunyai strategi yang lebih baik menghadapi orang-orang yang sulit di kantor, syukur-syukur bisa mengubah mereka sehingga menjadi lebih baik.
”Itulah sebabnya, dengan memahami lebih baik diharapkan kita lebih mampu untuk mengubah mereka,” katanya lebih jauh. (POM)
Sumber: Kompas, Senin, 22 Februari 2010
No comments:
Post a Comment