Judul: Mayor Jenderal Soeharto: Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian Barat
Penulis: R Ridhani
Penerbit: PT Pustaka Sinar Harapan
Cetakan: Juli 2009
Tebal: 310 halaman
WILAYAH Irian Barat tidak lagi dikenal sejak diganti menjadi Irian Jaya pada tahun 1973.
Namun, nama itu akan tetap terukir dalam sejarah perjuangan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sayang, tidak banyak buku yang memuat sejarah perjuangan pembebasan Irian Barat.
Meskipun sudah merdeka pada 19 Agustus 1945, Indonesia tidak serta-merta mendapat kedaulatan wilayah. Belanda ingin menguasai Irian Barat dengan berbagai dalih. Hingga tahun 1950, upaya penyelesaian sengketa Indonesia - Belanda itu terus mengalami kegagalan. Bahkan, pada Agustus 1952, Pemerintah Belanda mengklaim Irian Barat sebagai bagian wilayahnya.
R Ridhani sebagai penulis cukup detail memaparkan jalan panjang dan berbelit proses pembebasan Irian Barat, hingga akhirnya Indonesia mengakhiri politik damai. Tepat 19 Desember 1961, Presiden Soekarno mengumumkan Trikora (Tiga Komando Rakyat) di Yogyakarta. Soekarno menjadi pelaksana komando pembebasan Irian Barat. Malang, sebelum rencana operasi Komando Mandala jelas, kapal perang KRI Macan Tutul diserang Belanda. Deputi KSAL Yos Sudarso pun gugur.
Pada 2 Januari 1962, Presiden Soekarno mengeluarkan Keppres No 1/1962 tentang Pembentukan Komando Pembebasan Irian Barat. Sembilan hari kemudian, Brigjen Jenderal Soeharto ditunjuk menjadi panglimanya. Soeharto yang kemudian naik pangkat menjadi mayor jenderal diberi target untuk mengibarkan Merah Putih pada 17 Agustus 1962.
Walaupun berfokus pada cerita perjuangan sosok personal, heroisme Soeharto tidak berlebihan dalam buku ini. Padahal, dia memimpin strategi perang bernama Operasi Jayawijaya dengan 70.000 pasukan dari Angkatan Darat, Laut, Udara, dan Kepolisian diterjunkan. Perang memang tidak jadi pecah, tapi kesiapan perang militer Indonesia membuat Belanda terdesak ke meja perundingan. Sebagai prajurit, Pak Harto mematuhi perintah untuk menunda serangan. Penundaan Operasi Jayawijaya terobati setelah Belanda menyerah di PBB.
Sebagai buku yang mencatat sejarah, buku ini memuat data historis cukup lengkap. Di halaman belakang, penulis melampirkan pidato Presiden Soekarno pada Rapat Raksasa di Medan, 26 April 1962. [SP/Unggul Wirawan]
Sumber: Suara Pembaruan, Minggu, 3 Januari 2010
No comments:
Post a Comment