-- Setiyanto
"MEMBACA dan menulis tak pelak lagi, saling berkaitan. Anak-anak yang gemar membaca akan memperoleh kebahasaan tertulis, yang kemudian mengalir ke dalam tulisan mereka. Anak-anak yang menulis cerita dan puisi serta memoar akan membaca dengan ketelitian dan wawasan yang jauh lebih besar. Mereka mulai memperhatikan bagaimana seorang pengarang menyusun alur cerita. Menggambarkan secara perinci karakter seorang tokoh atau menggunakan teknik-teknik pengibaratan." (Mary Leonhardt)
Mengapa gemar menulis itu penting?
Rasa suka terhadap suatu kegiatan merupakan prasyarat untuk keberhasilan di bidang apa pun. Demikian pula halnya dalam menulis. Hanya anak-anak yang suka menulis saja yang akan menulis dengan sering dan teliti, hal yang mereka butuhkan untuk menjadi penulis ulung. Hanya siswa-siswa yang gemar menulis dan banyak menulis secara mandiri, yang akan mengembangkan irama dan gaya pribadi mereka.
Hanya anak yang terbiasa menulis mandiri sajalah yang akan belajar cara menulis dengan fokus yang tajam dan jelas. Anak-anak harus sering dan bebas menulis (serta membaca) supaya sangat terampil dalam menggunakan struktur kalimat yang kompleks dan benar secara tata bahasa.
Anak-anak yang menikmati tulis menulis jarang menunda-nunda menyerahkan makalah dan laporan sekolah yang ditugaskan. Para siswa yang menyenangi tulis-menulis bisa melakukan apa saja yang mereka sukai dalam makalah itu dan sangat mengganggu guru yang tidak kompeten.
Mereka pasti merampungkan makalah tersebut dan semua guru kecuali guru yang sangat buruk, akan mengakui bahwa makalah mereka jauh lebih baik daripada makalah teman-teman sekelasnya. Anak-anak yang suka menulis dan sering menulis untuk iseng, juga lebih memahami hal-hal yang dibacanya.
Anak-anak yang gemar menulis (dan membaca) menjadi murid yang mudah unggul dalam hampir semua mata pelajaran. Anak-anak dengan kebiasaan menulis pribadi yang mandiri mempunyai cara yang mudah untuk mengatasi trauma emosional. Penulis yang sangat terampil dan fasih mempunyai keuntungan luar biasa dalam sebagian besara bidang pekerjaan.
Bagaimana memotivasi anak agar gemar menulis?
Tumbuhkan kecintaan dan kebiasaan membaca pada diri anak. Inilah satu-satunya hal terpenting yang bisa Anda lakukan untuk menjamin agar mereka menjadi penulis yang baik. Dukunglah selalu tulisan anak Anda. Dalam setiap tulisan, pastikan ada yang dapat Anda puji. Pujilah tulisan anak Anda.
Pujian adalah cara efektif untuk memotivasi anak terus menulis. "Wah bagus sekali caramu menggambarkan keindahan alam saat ini! Pelangi memperkaya dunia dengan warna. Ibu suka sekali." Tawarkan saran dan kritik kepada anak hanya kalau mereka sudah menjadi penulis yang terampil dan percaya diri.
Hargai privasi anak. Jangan membaca tulisannya tanpa seizin. Jangan. Sekali-kali jangan. Jangan membaca surat kecil untuk teman mereka yang terjatuh dari buku. Jangan membaca surat dari teman mereka. Tugas dari sekolah pun jangan. Tunjukkan saja bahwa Anda tertarik pada tulisan mereka. Tanyakan lebih dulu apakah mereka ingin Anda membacanya dan jangan memaksa. Jangan pula mencuri-curi baca.
Hargai pendapat anak. Jangan menuntut kesempurnaan. Jangan menyensor tulisan anak. Tulisan yang betul-betul tidak dapat diterima biasanya hanya musiman. Sadarilah bahwa anak mempunyai selera menulis yang berbeda-beda, seperti halnya selera membaca.
Doronglah mereka untuk menulis apa yang mereka senangi. Anda tak perlu mengajarkan tatabahasa kepada anak ketika mereka baru mulai menulis. Sebagian besar pengetahuan ketatabahasaan bersifat berkembang sehingga yang dikuasai oleh anak-anak sedikit demi sedikit daripada dipelajari langsung. Anda sendiri menulislah untuk kesenangan.
Bagaimana memotivasi anak usia sekolah menengah?
Sarankan agar anak remaja Anda bergabung dengan staf koran, buku tahunan atau majalah kesusastraan sekolah. Kegiatan ini menyenangkan karena tidak membatasi jumlah anggota. Semua orang bisa ikut. Anak Anda akan bergaul dengan sekelompok teman yang menganggap kegiatan menulis itu mengasyikkan dan keren.
Yang terpenting, mereka akan membuat tulisan yang dibaca teman sekolah, bukan guru. Dukunglah terbitan yang dihasilkan kelompok ini. Upayakan mereka yang terlibat dalam kegiatan ini mulai menganggap diri mereka sebagai penulis, dan memperoleh pengalaman berharga dalam hal menulis untuk dibaca umum.
Bantulah mereka memikirkan cara untuk mulai menggunakan tulisan mereka secara profesional. Jika anak Anda tertarik dengan masalah-masalah setempat--seperti kaum tunawisma atau lingkungan hidup--doronglah mereka bergabung dengan LSM atau yayasan. Di sana mungkin ada kesempatan menulis untuk keperluan publisitas, dan setidaknya pengalaman itu akan memberi mereka banyak bahan pemikiran dan tulisan bagi mereka sendiri. Hal yang sama berlaku untuk kelompok politik.
Jangan menuntut anak remaja Anda selalu juara di sekolah. Sebagian siswa memotivasi diri agar dirinya menjadi juara, dan apabila anak remaja Anda termasuk yang demikian, bagus. Biarkan dan kagumilah. Namun, apabila Anda mempunyai anak remaja yang lebih suka meluangkan sedikit waktu untuk mencium wanginya mawar dan mengerjakan proyek kreatif--itu juga bagus.
Jangan paksa anak-anak itu masuk ke kelas terplih dan mendesak mereka mendapat nilai A semua. Tulisan yang baik membutuhkan waktu dan energi, emosional; siswa yang terlalu ditekan orang tua tidak akan mempunyai energi ini. Rasa percaya diri dan keberanian mereka juga tidak berkembang padahal ini betul-betul diperlukan untuk bisa menulis dengan indah.
Ada harus selalu mendukung anak Anda dengan hangat, tetapi begitu mereka menjadi remaja, tekanan langsung akan menjadi semakin tidak efektif. Jadi, hargailah karya mereka, tetapi jangan berdiri di belakang mereka dengan tangan terlipat, mengawasi setiap gerakan mereka. Anda mungkin bisa mendapatkan hasil jangka pendek dengan bersikap demikian, tetapi kerugian jangka panjang pasti terjadi. n
* Setiyanto, S.Pd., Guru SMA Yos Sudarso Terbanggibesar
Sumber: Lampung Post, Sabtu, 16 Januari 2010
No comments:
Post a Comment