JAKARTA, KOMPAS.com--Duta Besar Slowakia Stefan Rozkopal yang memulai tugasnya secara resmi di Indonesia Agustus lalu banyak menggunakan Bahasa Indonesia dalam berbagai pertemuan dengan para pejabat Indonesia.
Dalam perbincangan dengan Antara di Kedubes Slowakia, Jakarta, Jumat, Rozkopal mengatakan ia belajar Bahasa Indonesia tahun 1985 ketika mulai kuliah di program kajian Asia Tenggara di Institut Hubungan Internasional, Moskow.
"Di kelas kami, ada enam murid yang belajar Bahasa Indonesia, di antaranya empat warga Rusia, saya dan warga Polandia," katanya.
Stefan Rozkopal mengaku merasa terkesan dengan pengajar Bahasa Indonesia saat itu, Ibu Ami Intoyo. "Para murid selalu menyapanya Bu Guru. Ia orang dari Jawa Tengah dan sewaktu masih kecil ia tinggal di Keraton Yogyakarta dan ayahnya Prof. Intoyo, seorang penasehat pribadi Presiden Soekarno kala itu," tambahnya.
Menurut Dubes Slowakia itu, pada era 1980-an hanya ada tiga orang di Slowakia, termasuk dirinya yang mampu berbahasa Indonesia.
Ketika Menteri Luar Negeri Ali Alatas mengadakan kunjungan kerja ke Slowakia pada April 1994, Rozkopal mengatakan ia diundang oleh Kedubes RI yang belum lama dibuka di Bratislava dan bertemu untuk kali pertama dengan Menlu Alatas pada resepsi negara.
Kunjungan Alatas itu terjadi setahun setelah Slowakia menjadi negara berdaulat. Cekoslowakia pisah dan menjadi dua negara (Republik Slowakia dan Republik Ceko) pada 1 Januari 1993.
"Pertemuan tersebut begitu mengesankan dan membekas hingga kini," ujar Rozkopal seraya menambahkan pada pertemuan itu ada orang Slowakia yang belum mengenal dan bertanya-tanya siapa dirinya karena saat itu dia masih berprofesi sebagai pengusaha di bidang ekspor-impor dan pariwisata belum bergabung dengan Kementerian Luar Negeri Slowakia.
Konsul kehormatan
Ia juga mengatakan dirinya bertindak layaknya seperti "konsul kehormatan informal" untuk Indonesia karena sering mendampingi orang-orang Indonesia yang datang ke Slowakia.
Beberapa bulan setelah pertemuan dengan Menlu Alatas, ia bergabung dengan kementerian itu dan mulai bertugas di bagian urusan ASEAN.
Rozkopal merasa gembira karena dapat mengunjungi Indonesia dan bertugas sebagai diplomat senior sebagai wakil dubes Slowakia untuk Indonesia pada 1996-2000. Di antara masa tugasnya, Ny. Rozkopal melahirkan seorang puteri di Jakarta dan anak ketiganya itu kini berusia 11 tahun.
Ia pun kembali lagi ke Jakarta dengan menyandang jabatan baru sebagai Dubes Slowakia dan tiba di Bandara Soekarno-Hatta pada 31 Juli 2009.
"Setelah tiba di Jakarta, saya langsung pergi ke Taman Makam Pahlawan Kalibata tempat Ali Alatas dimakamkan untuk memberikan penghormatan?" ujarnya dengan suara agak terbata-bata.
"Sekali lagi saya ingin katakan bahwa saya tak melupakan pertemuan kali pertama saya dengan Pak Alatas yang telah mengubah nasib saya dan justeru karena itu saya telah bisa jadi Dubes di Tanah Airku yang kedua - Indonesia," katanya.
Rozkopal mengatakan kendati jarak kedua negara berjauhan, sebagai dubes dirinya bertekad meningkatkan hubungan dan kerja sama antara Slowakia dan Indonesia di berbagai bidang. (ANT/JY)
Sumber: Oase, Kompas.com, Sabtu, 16 Januari 2010
No comments:
Post a Comment