Judul: Dari Papua Meneropong Indonesia
Penulis: Ans Gregory da Iry
Penerbit: Grasindo
Halaman: 190 Halaman
ADA apa di Papua? Untuk mengetahuinya, kita bisa membaca sebuah buku berjudul Dari Papua Meneropong Indonesia, karya Ans Gregory da Iry. Buku terbitan Grasindo ini mencoba memotret dan membedah persoalan-persoalan aktual yang sekian lama menyusup dan mencuat di pelosok nusantara, terutama di Tanah Papua, daerah paling timur Indonesia.
Buku tersebut merupakan kumpulan artikel opini yang ditulis dengan bahasa yang lugas, sistematis, dan santun yang didukung dengan analisis dan cermatan yang cukup detail ini, menarik untuk dibaca demi menyelami apa persoalan yang sesungguhnya terjadi di negeri yang besar, luas, dan dihuni oleh lebih dari seribu suku, yang mana Papua sendiri terdiri dari 265 suku ini.
Persoalan di Tanah Papua sendiri, misalnya, bukan hanya menyangkut separatis, maupun persoalan Freeport Indonesia, dan keterbelakangan budaya serta peradaban zaman batu, tetapi masih banyak persoalan lain yang demikian kompleks. Lihat, misalnya, soal ketidakadilan dan terpinggirnya masyarakat asli Papua dari berputarnya roda ekonomi dan pembangunan nasional. Ujungnya adalah munculnya kondisi riil di lapangan yang sangat kontradiktif. Juga persoalan pertarungan pejabat dan elite suku, serta program otonomi khusus yang masih deras mencuatkan persoalan baru yang bisa semakin rumit. Belum lagi persoalan selera dan keinginan masyarakat Papua, seperti juga masyarakat di daerah-darah lain, yakni menjadi pegawai negeri.
Kontradiksi yang demikian jelas terlihat di Bumi Cenderawasih, sebagaimana tertuang dalam buku ini, yakni Papua sebagai daerah yang sangat kaya raya, tetapi lebih dari 80% penduduk aslinya hidup di bawah garis kemiskinan. PT Freeport Indonesia yang demikian kaya yang menghasilkan miliaran dolar AS setiap tahunnya, tetapi masyarakat asli Papua pemilik sah tanah tambang emas itu hanya menjadi saksi bisu semata. Maka, tidak heran persoalan Freeport tidak dapat disangkal akan terus menyembulkan kecemburuan sosial masyarakat Papua sendiri. Namun, kecemburuan sosial itu tetap dianggap angin lalu di tengah perselingkuhan antara pemilik PT Freeport dan penguasa Indonesia yang demikian mesra.
Buku dengan setting Papua yang ditulis seorang jurnalis senior, sekaligus seorang dosen dan mantan senior public relations PT Freeport ini memiliki bobot tersendiri mengingat ulasan di dalamnya dapat dikatakan menyeluruh dan komprehensif. [IDA/F-4]
Sumber: Suara Pembaruan, Sabtu, 9 Januari 2010
No comments:
Post a Comment