Sunday, January 31, 2010

[Buku] Memanfaatkan Momentum Krisis Global

Judul : Momentum untuk Bangkit
Penulis : A. Muhaimin Iskandar
Penerbit : Pustaka Tokoh Bangsa, Yogyakarta
Cetakan : I, Oktober 2009
Tebal : 216 hlm.

SEJARAH krisis geopolitik Indonesia dahulu menunjukkan sketsa sejarah baik. Yang ditandai dengan kekalahan imprealisme Jepang terhadap para sekutu, dengan ditandai hancurnya dua pusat peradaban Jepang, yakni Nagasaki dan Hirosima. Dari sini pemimpin nasional menyadari momen itu merupakan waktu baik untuk dimanfaatkan dalam memperjuangkan kemerdekaannya.

Kecerdasan dan kejelian dalam mengambil dan membaca situasi geopolitik merupakan kebanggaan tersendiri bagi bangsa Indonesia dan menunjukkan terhadap dunia pemimpin nasionalis cerdas, berani terhadap tekanan penjajah. Mentalitas semacam itu hanya untuk memperjuangkan hak-hak rakyat dan negara supaya menjadi negara yang berdaulat.

Keberhasilan dalam meraih kemerdekaan merupakan anugerah terbesar bagi rakyat Indonesia; bisa mengatur dirinya sendiri tanpa intervensi pihak imprealisme yang hanya mengeksploitasi kekayaannya. Harapan sebagai negara merdeka supaya negara mampu mengangkat kodratnya menjadi maju.

Setelah negara Indonesia menjalani kemerdekaannya, para founding father kita belum manpu menberikan yang terbaik buat negara. Akibatnya, kharismatik negara kita terhadap dunia belum ada. Persoalannya, negara kita sering ditimpa berbagai krisis dari dalam negeri. Mengakibatkan ketahanan politik, ekonomi, pendidikan, sosial, dan lainnya sering rapuh.

Di tengah-tengah krisis yang melibas negara, ditambah dengan krisis global, menjadikan negara hiruk pikuk. Tidak memiliki ketahanan apa pun untuk menyangkalnya. Apa pun alasannya, globalisasi merupakan hal yang perlu diperhatikan secara seksama. Karena berdampak terhadap tatanan sebuah negara. Persoalannya, apabila hal itu tidak kita disiasati dengan baik, negara Indonesia akan tergilas oleh roda-roda globalisasi.

Melalui buku ini, Muhaimin Iskandar memberikan pemikiran cerdas untuk solusi efektif terhadap krisis yang terjadi. Penulis manpu menbaca celah-celah krisis yang terjadi.

Berdasarkan pengamatan penulis, krisis global kini merupakan momentum penting untuk bangkit setelah sekian lama menjadi korban pencaturan politik dunia. Karena politik internasional bila tidak dicermati secara langsung akan tidak memihak terhadap negara berkembang, termasuk Indonesia.

Berkaca pada negara luar negeri, krisis global kini disikapi secara cerdas oleh para pemimpin negara-negara luar negeri, seperti Amerika Latin, Rusia, China, India, dan juga Iran. Akibatnya, mereka manpu mengendalikannya.

Sementara itu, di Indonesia, kini sedang berada pada masa transisi dari sistem lama menuju sistem baru yang lebih demokratis menuju sitem yang berkeadilan. Menjadikan perhatian terhadap wacana global terpecah belah. Kondisi demikian patut dimaklumi, karena negara kita ingin mencari jati dirinya.

Sedikit menelaah buku tersebut, momentum transisi politik pascareformasi. Hal ini telah berlangsung dari tiap dekade selalu berorientasi terhadap sistem baru dan kebijakan-kebijakan yang mengacu terhadap perbaikan bangsa. Momentum regenerasi kepemimpinan. Demokratisasi ini berwujud terhadap pergantian kepemimpinan. Dan ini adalah hal yang mutlak, tidak boleh di tidak.

Beberapa poin penting yang perlu diambil. Pertama, penguatan dan pembangunan kembali industri nasional untuk meningkatkan nilai tambah. Hal ini tidak hanya berdampak terhadap pemasukan negara, tetapi juga mengurangi angka kemiskinan penduduk karena tersedianya lapangan kerja yang sangat besar.

Kedua, renegosiasi kontrak-kontrak karya perusahaan asing, khususnya pada sektor energi dan pertambangan. Dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah, kita justru tidak bisa menikmatinya di saat harga energi dan hasil tambang melambung tinggi.

Ketiga, pemerintah perlu meningkatkan stimulus terhadap usaha/industri kecil dan menengah (UKM/IKM), serta meningkatkan subsidi sektor pertanian. Dengan hal itu, pemerintah tidak saja melindungi industri lokal dan ekonomi rakyat, tetapi juga membuka lapangan kerja yang luas di perdesaan dan kota penyangga (hlm. 42).

Hal hal penting yang perlu dicatat, masyarakat mempunyai peran penting dalam proses kemajuan bangsa dan negara. Kesadaran masyarakat akan pentingnya ilmu pengetahuan akan membentuk masyarakat yang mempunyai nalar kritis. Kebijakan pemerintah yang tidak berorientasi kemajuan bangsa ke depan akan mendapatkan kritik tajam: pemerintah tidak lagi memihak rakyat.

Kebijakan seorang pemimpin akan menentukan moralitas pemimpin bangsa. Masalahnya, mayoritas yang tampil ke publik sekadar pencitraan politik. Artinya, mereka memakai topeng politik supaya dirinya diklaim baik oleh rakyat.

Romel Masykuri Nur Arifin, Pustakawan Rumah Baca Masyarakat Sinatrya Yogyakarta

Sumber: Lampung Post, Minggu, 31 Januari 2010

No comments: