Saturday, January 16, 2010

Terlama di Milenium II Masehi

-- M Zaid Wahyudi

GERHANA matahari cincin selama 7-11 menit, Jumat (15/1), menyapu sebagian kecil wilayah Afrika, Samudra Hindia, dan China. Sebagian besar wilayah tersebut hanya dapat melihat gerhana matahari sebagian. Gerhana matahari cincin kemarin hanya terjadi pada daerah yang dilewati jalur antumbra (anti-umbra) selebar 333,1 kilometer mulai dari Republik Afrika Tengah, Kenya, Samudra Hindia, Myanmar hingga China. Jalur ini adalah daerah di permukaan bumi yang berada di daerah perpanjangan bayang-bayang inti bulan. Jalur ini hanya muncul saat gerhana matahari cincin terjadi.

Puncak gerhana terjadi di Samudra Hindia, barat daya India di dekat garis khatulistiwa. Di daerah ini, gerhana matahari cincin berlangsung 11 menit 7,8 detik dan puncaknya terjadi pukul 13.06 WIB atau 11.06 waktu setempat. Wilayah darat yang paling dekat dengan posisi puncak gerhana matahari cincin ini adalah Male, Maladewa.

Orang di daerah yang dilewati jalur antumbra akan melihat matahari seperti cahaya cincin di angkasa dengan waktu yang bervariasi antarwilayah. Bedanya antara 7-11 menit. Perbedaan waktu ini disebabkan variasi posisi ketinggian matahari terhadap horizon dan tingkat kelengkungan permukaan bumi di setiap wilayah akibat bentuk bumi yang seperti telur.

Saat puncak gerhana, wilayah dengan posisi matahari di atas kepala akan membuat gerak bayangan lebih lambat. Sebaliknya, saat posisi matahari di dekat horizon, saat matahari baru terbit atau akan tenggelam, gerak bayangan lebih cepat.

Kondisi itu ditambah dengan kelengkungan muka bumi. Semakin dekat suatu wilayah ke kutub bumi, maka gerak bayangannya pun menjadi lebih cepat dibanding daerah yang terletak di khatulistiwa.

Karena itu, gerhana matahari cincin di Male, Maladewa, lebih lama dibanding yang tampak di Nairobi, Kenya, atau Chongqing, China. Di Male—di dekat khatulistiwa—gerhana terjadi menjelang tengah hari, sedangkan di Nairobi saat matahari baru terbit dan di Chongqing saat matahari akan terbenam.

Wilayah di luar jalur antumbra, termasuk Indonesia, hanya dapat menikmati gerhana matahari sebagian. Wilayah Indonesia di mana gerhana matahari tampak adalah di Sumatera, Kalimantan, Jawa bagian barat, dan Sulawesi bagian utara.

Banda Aceh merupakan daerah terbaik untuk menyaksikan gerhana matahari sebagian di Indonesia karena 46,50 persen piringan matahari akan tertutup oleh piringan bulan. Gerhana yang membuat piringan matahari terlihat berbentuk sabit besar itu terjadi pukul 13.37-16.44.

Di Jakarta, hanya 4,46 persen piringan matahari tertutup oleh piringan bulan yang terjadi pukul 13.32-16.00. Tanpa menggunakan alat penapis cahaya matahari, gerhana di Jakarta akan sulit teramati karena hanya sedikit piringan matahari yang tertutup bulan.

Peristiwa biasa

Gerhana matahari atau bulan sebenarnya peristiwa biasa yang terjadi setiap tahun. Jumlah gabungan kedua gerhana itu dalam satu tahun antara 2-7 kali, dengan variasi jumlah gerhana matahari antara 2-5 kali per tahun dan gerhana bulan antara 0-3 kali per tahun.

Peristiwa biasa ini menjadi istimewa karena hanya daerah-daerah tertentu yang bisa melihatnya. Masyarakat di suatu daerah dapat melihat lagi gerhana yang mirip di lokasi berdekatan sekitar 54 tahun kemudian. Fase puncak gerhana matahari cincin kemarin menjadi gerhana cincin terlama dalam milenium ini. Gerhana cincin dengan durasi puncak gerhana lebih dari 11 menit baru akan terjadi pada tahun 3043.

Dosen Program Studi Astronomi Institut Teknologi Bandung, Ferry M Simatupang, mengatakan, lamanya durasi puncak gerhana ini ditentukan oleh jarak Matahari terhadap Bumi dan posisi jatuhnya bayangan Bulan di Bumi.

Saat ini, jarak Matahari-Bumi sedang berada pada rentang terjauhnya, 152,1 juta kilometer. Kondisi ini membuat gerak Bumi mengelilingi Matahari lebih lambat dibanding jika jarak Bumi-Matahari mencapai yang terdekat-147,1 juta kilometer.

Gerhana matahari cincin atau sebagian tidak memberikan pengaruh sebesar gerhana matahari total pada kehidupan di bumi. Namun bagi astronom, pengamatan gerhana sangat berguna untuk menghitung waktu secara teori dan waktu berdasarkan observasi.

Pencocokan waktu ini sangat penting untuk memastikan waktu pergerakan benda-benda langit. Waktu teoretis perlu dikalibrasi karena waktu di Bumi yang didasarkan atas rotasi bumi tidak stabil.

Waktu rotasi bumi rata-rata adalah 23 jam 56 menit 4 detik. Kecepatan rotasi itu amat ditentukan oleh tarikan gaya gravitasi benda-benda langit lain, terutama Matahari dan Bulan. Gaya tarik benda langit lain itu membuat rotasi Bumi menjadi lebih cepat atau lebih lambat dibanding rata-ratanya. Dengan demikian, waktu teoretis perlu terus-menerus dicocokkan.

Sementara itu, Kepala Seksi Data dan Informasi Meteorologi Maritim Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Sugarin mengatakan, secara teoretis, gerhana memang bisa memicu terjadinya pasang naik air laut. Namun dari gerhana kemarin, ketinggian pasang naik air laut masih terdeteksi normal, yaitu 1,1 meter. Dalam kondisi normal, pasang naik maksimal adalah 1,2 meter.

Meski saat ini gelombang di sejumlah perairan Indonesia cukup tinggi, 1,5 meter-3 meter, pengaruh akumulasinya dengan akibat gerhana matahari amat ditentukan oleh arah gelombang. Karena itu, dampak pasang naik air laut akibat gerhana matahari tidak perlu terlalu dikhawatirkan.

Sumber: Kompas, Sabtu, 16 Januari 2010

No comments: