Depok, KOMPAS - Universitas Indonesia memberikan gelar doktor kehormatan atau doktor honoris causa dalam bidang Filsafat Teknologi kepada mantan Presiden RI Prof Dr Ing Bachruddin Jusuf Habibie di Balairung Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Sabtu (30/1).
Presiden ke-3 RI, BJ Habibie, menerima gelar Doktor Kehormatan (honoris causa) dalam bidang Filsafat Teknologi yang diserahkan Rektor Universitas Indonesia (UI) Prof Dr der Soz Gumilar R Somantri (kiri) di Balairung UI, Depok, Jawa Barat, Sabtu (30/1). (KOMPAS/ALIF ICHWAN)
Rektor UI Prof Dr der Soz Gumilar Rusliwa Somantri mengatakan, Habibie pantas mendapat gelar kehormatan ini karena rekam jejaknya sebagai teknokrat yang mengembangkan teknologi dengan mempertimbangkan aspek etis dan budaya demi kemajuan bangsa.
Habibie, tutur Gumilar, mengingatkan betapa pentingnya menerapkan aspek etis dan budaya dalam penerapan teknologi karena dampaknya yang luar biasa terhadap kehidupan masyarakat.
Habibie, lanjut Gumilar, juga melakukan lompatan besar dalam penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk industrialisasi, terutama dalam industri dirgantara, perkapalan, informasi dan teknologi, serta nuklir. Meski demikian, ilmu pengetahuan dan teknologi yang diaplikasikan, dalam pandangan Habibie, tidak boleh mengorbankan kebudayaan.
”Filosofi teknologi berbasis budaya ini patut diacungi jempol,” kata Gumilar.
Gumilar juga mencatat ada tiga hal yang menjadi refleksi pengembangan teknologi Habibie, yaitu teknologi tidak bebas nilai, teknologi tidak boleh tercerabut dari kebudayaan, serta infrastruktur etis harus disiapkan dalam pengembangan teknologi.
Sementara itu, Habibie dalam sambutannya mengatakan, penghargaan ini bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk anak-anak intelektualnya dan para cendekiawan.
Habibie juga mempersembahkan penghargaan ini untuk ayahnya, Alwi Abdul Djalil Habibie, dan ibunya, RA Tuti Marini binti Puspowardoyo, yang memberi semangat kejuangan luar biasa bagi dirinya dalam meraih serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta bagi istrinya dr Hasri Ainun Besari, anak-anak, serta cucu-cucunya.
Habibie yang dilahirkan di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936, sebelumnya pernah menerima dua penghargaan doktor honoris causa. Masing-masing dari Cranfield Institute of Technology, Bedford, Inggris (1993), serta dari Universitas Hasanuddin, Makassar (2006).
Habibie mendapat gelar doktor Ingenieur Bagian Mesin Jurusan Konstruksi Pesawat Terbang dari Technische Hochschule, Aachen, Jerman (1965). Adapun Profesor Konstruksi Pesawat Terbang dari ITB pada tahun 1977. (NAL/THY)
Sumber: Kompas, Minggu, 31 Januari 2010
No comments:
Post a Comment