Saturday, January 16, 2010

Jusuf Kalla: Budaya Daerah Akan Menjadi Simbol

PADANG, KOMPAS.com--Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, pada akhirnya budaya daerah akan menjadi simbol.

Ketua Umum DPP Partai Golkar Jusuf Kalla menyampaikan pidato politik seusai melantik pengurus Badan Pengendali Pemenangan Pemilu Partai Golkar Sumsel 2008, di rumah Ketua DPD Golkar Sumsel, Alex Noerdin, Jl Merdeka, Palembang, Sumsel, Minggu (6/7/2008). (SRIWIJAYA POST/SYAHRUL HIDAYAT)

"Kita mengarah pada budaya nasional, yakni budaya yang lahir dari perilaku dan nilai-nilai positif dari berbagai budaya daerah. Sementara budaya daerah akan menjadi simbol," kata Jusuf Kalla dalam pidato kebudayaan di Taman Budaya Padang, Jumat.

Saat ini, kata dia, bangsa ini menuju masyarakat yang lebih makmur. Budaya yang dibutuhkan adalah kerja keras, pintar dalam teknologi, jujur dan sebagainya.

Namun menurut dia, budaya daerah tetap penting karena menunjukkan identitas.

Ia menyebut orang Minang yang memiliki identitas sebagai masyarakat yang cerdas, pandai mengolah kata-kata, pintar dalam berpantun.

"Dari nilai-nilai yang kita dianut, mengambarkan bahwa masyarakat kita adalah masyarakat yang dinamis. Budaya kita dinamis."

Karena dinamisnya budaya, kata dia, budaya daerah, pasti akan bercampur.

Ia mencontohkan, dirinya adalah orang Bugis. Istrinya adalah orang Minang. Sedangkan menantunya orang Jawa. Budayanya menjadi bercampur-campur.

JK juga mengatakan, bahasa daerah akan pupus secara perlahan. "Dalam sebuah seminar bahasa daerah di Makassar hadir ahli-ahli bahasa yang antusias ingin melestarikan bahasa daerah. Saya katakan, bahasa daerah itu akan pupus dan akan habis dengan sendirinya. Tidak cepat, tapi pelan-pelan," kata pria kelahiran Watampone, Bone Sulsel, 15 Mei 1942 itu.

JK mencontohkan, anak-anaknya hanya bisa bahasa Indonesia. Mereka tidak bisa berbahasa Bugis seperti ayahnya, atau berbahasa Minang seperti ibunya.

Ke depan, katanya, yang diharapkan bagaimana budaya bisa mempersatukan. "Budaya itu adalah yang membuat perilaku kita. Nilai-nilai itu, adalah hal yang sebenarnya. Orang Minang memiliki filosofi ’Adat bersendi sarak, sarak bersendi kitabullah’. Persoalannya, bagaimana nilai-nilai itu bisa diterapkan," kata dia.

Budaya, kata dia, mempengaruhi cara kerja, cara makan, dan perilaku. Suatu budaya membentuk komunitas.

Budaya Minang, kata JK, pada akhirnya membentuk budaya pemikir, karena orang Minang selalu berfikir kemajuan.

Ia mencontohkan tokoh-tokoh Minang yang menjadi pahlawan nasional, semua berasal dari cendikiawan, seperti Hatta, Syahrir, dan Hamka.

"Semua cendikiawan, tidak ada yang pegang senjata. Berbeda dengan di Sulawesi, pahlawannya pegang senjata," kata JK.

Ikut hadir pada acara pidato kebudayaan itu, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Ahmad Syafii Ma’arif, Fahmi Idris (mantan Menteri Perindustrian), Bachtiar Chamsyah (mantan Mensos), dan Syahrul Udjud (mantan wali kota Padang).

Di Padang, Jusuf Kalla juga tampil pada kuliah umum kewirausahaan di Universitas Andalas pada pukul 13.30 WIB, dan acara Palang Merah Indonesia (PMI). (ANT/JY)

Sumber: Oase, Kompas.com, Sabtu, 16 Januari 2010

No comments: