
"Dia menempatkan bangsa Indonesia dihargai oleh dunia. Semasa hidupnya dia mengunjungi banyak negara dan memperkenalkan Indonesia sebagai negara besar yang majemuk, namun tetap bersatu dalam naungan Pancasila," kata Akbar di Jakarta, Minggu (17/1).
Lebih dari 10.000 orang memenuhi Istora untuk mendoakan Gus Dur. Mereka datang dari berbagai kalangan, agama, etnis, suku, dan status sosial dan doa dilakukan secara berantai yang dipimpin oleh para rohaniawan dari tujuh agama, yakni Islam, Katolik, Kristen, Buddha, Hindu, Konghucu dan Tao.
Sementara itu, putri mendiang Gus Dur Yenny Wahid mengatakan, tokoh itu akan tetap hidup dalam sanubari bila perjuangan dan cita-citanya semasa hidup tetap dipertahankan oleh semua orang. Sikap itu adalah toleransi antarumat beragama, menghilangkan kecurigaan dan menghargai perbedaan.
Dalam kesempatan ini, masyarakat Tionghoa Indonesia mendukung penuh upaya pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada mantan presiden ke-4 RI itu. [D-13]
Sumber: Suara Pembaruan, Senin, 18 Januari 2010
No comments:
Post a Comment