Palembang, Kompas - Belasan warga nekat menyelam ke dasar sungai di perairan Sungai Musi, Kota Palembang, untuk mencari logam bekas dan artefak lain dari dinasti kuno Kerajaan Sriwijaya.
Sejumlah benda yang diduga bernilai sejarah, seperti uang keramik kuno, pecahan arca, serta perhiasan perak dan emas, hanya dijual kiloan kepada pedagang pasar dengan harga rendah.
Menurut pantauan Kompas, Rabu (13/1), ada tiga titik lokasi penyelaman, antara lain di sekitar Jembatan Ampera dan kawasan perairan PT Pusri. Di setiap titik penyelaman terdapat lima sampai enam orang yang dilengkapi dua perahu jukung, alat selam manual, dan jaring untuk mengambil benda logam.
Setiap lokasi penyelaman dikoordinasi seorang cukong, yang juga berperan menampung barang sekaligus membayar upah penyelam.
Menurut Firman (32), salah satu penyelam, aktivitas ini sudah dia geluti sejak dua tahun silam. Upah dari cukong Rp 25.000-Rp 50.000 per hari. Jika hasil banyak, upah maksimal.
”Man kito katik asil, pacak idak dibayarnyo nian (Jika tanpa hasil, cukong tidak membayar sepeser pun). Kito la tau ado larangan, tapi mak mano kito ni katik gawe lain (Kami juga sudah tahu kalau dilarang, tetapi mau apa lagi karena saya tidak punya pekerjaan lain),” katanya.
Wali Kota Palembang Eddy Santana Putra menegaskan, aktivitas penyelaman di Sungai Musi sudah dilarang sejak setahun silam. Selain berpotensi menghilangkan aset sejarah yang sampai sekarang diduga masih ada di sepanjang Sungai Musi, kegiatan itu juga menimbulkan gangguan bagi lalu lintas kapal.
Arkeolog dari Balai Arkeologi Palembang, Retno Purwanti, mendesak Pemerintah Kota Palembang untuk menertibkan aktivitas penyelaman itu. (ONI)
Sumber: Kompas, Kamis, 14 Januari 2010
No comments:
Post a Comment