Friday, July 03, 2009

RSBI, Tak Siap Bisa Antiklimaks!

-- H. Bambang Eka Wijaya*

"RSBI--rintisan sekolah berstandar internasional, dengan tujuan baik sekalipun, kalau dilaksanakan dengan tidak benar-benar siap tenaga pengajar dan fasilitasnya, bisa berujung antiklimaks!" ujar Umar. "Proses belajar-mengajar di RSBI memakai pengantar bahasa Inggris, dengan kemampuan guru tidak betul-betul clear untuk dipahami murid, transfer of knowledges yang dilakukan tidak maksimal! Apalagi kalau peserta didiknya lebih ditentukan oleh kemampuannya membayar, bukan diutamakan pada kemampuan bahasanya!"

"Itu baru satu segi dari faktor bahasa! Dengan itu saja, kuantitas dan kualitas transfer ilmu di kelas berbahasa Inggris bisa lebih rendah dari kelas bahasa Indonesia!" timpal Amir. "Akibatnya, dari proyeksi berstandar internasional, dibanding kelas berbahasa Indonesia saja kualitas ilmunya lebih rendah, hasilnya bisa antiklimaks--bukan standar kualitas internasional, tapi malah kelas kambing!"

"Anak-anak sekarang belum tahu kelas kambing! Itu tempat duduk paling depan di bioskop zaman dahulu, tempatnya paling rendah, menontonnya dengan wajah mendongak!" tegas Umar. "Itulah kira-kira gambaran anak-anak di kelas RSBI, jika persiapannya tak betul-betul matang, mendongak terus mendamba kualitas yang terlalu tinggi!"

"Bahkan masih dalam faktor bahasa pengantar, setiap cabang keilmuan memiliki kekhasan bahasa dengan idiom-idiom tersendiri!" sambut Amir. "Jika disampaikan dengan bahasa umum, bisa terjadi penyimpangan pengertian! Alhasil, ilmu yang diajarkan tidak standar!"

"Celakanya, dengan RSBI masa belajar di sekolah sampai sore, menutupi kekurangan itu para murid tak ada waktu lagi untuk les tambahan, apalagi kalau harus mengerjakan pekerjaan rumah dari sekolah!" tegas Umar. "Semua itu wanti-wanti buat sekolah yang sebenarnya belum siap untuk mengikuti program RSBI! Karena di sisi lain, juga ada sekolah yang sudah sejak jauh hari berbenah menunggu kesempatan baik ini! Yang bisa disebut relatif siap itu bukan cuma sekolah di kota Bandar Lampung! Di Kotabumi, misalnya, malah sejak lama ada SMK berstandar internasional yang dapat pengakuan nasional maupun mitranya di luar negeri--meski sekolah itu tak masuk daftar RSBI! Atau di Gadingrejo, sejak lama ada SMA punya laboratorium multimedia yang operasionalnya atas bantuan kerja sama BCA!"

"Untuk itu, yang terbaik mungkin pengelola pendidikan di Lampung lebih selektif dalam memberikan izin RSBI! Selain agar tidak cuma membebani orang tua murid, bantuan pusat dan provinsi seperti dijanjikan UU juga bisa lebih efektif hasilnya!" tegas Amir. "Artinya, kalau cenderung masih coba-coba, lebih baik berbenah dulu untuk menyusul periode berikutnya! Jangan korbankan murid untuk coba-coba!" **

Sumber: Lampung Post, Jumat, 3 Juli 2009

No comments: