-- Yulfi Zawarnis
BAHASA Indonesia memiliki sifat dinamis dan terbuka. Artinya, bahasa ini setiap saat dapat menerima perubahan dan masukan yang membangun. Masukan yang membangun ini sering datang dari berbagai bahasa, terutama bahasa Inggris dan bahasa daerah.
Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan pun turut memengaruhi khazanah kosakata bahasa Indonesia. Kita sering mendengar kata teknologi, berkah, madani, sehat, komputer, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Kita tentunya menyadari kata-kata itu berasal dari berbagai bahasa yang ada di dunia. Kata "teknologi", misalnya, merupakan kata serapan dari bahasa Inggris technology yang berarti metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis atau bisa juga berarti keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia’.
Kata madani berasal dari bahasa Arab dan berhubungan dengan Kota Madinah. Kini kata madani digunakan sebagai padanan kata bahasa Inggris civil society. "Masyarakat madani" diartikan sebagai masyarakat yang memiliki peradaban yang tinggi, santun, menjunjung tinggi norma dan hukum yang berlaku yang dilandasi penguasaan iman, ilmu pengetahun, dan teknologi.
Penyerapan kata-kata dari bahasa asing maupun bahasa daerah ke dalam bahasa Indonesia tentunya boleh dilakukan selama sesuai dengan aturan dan kaidah yang ada. Berdasar pada taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar.
Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, misalnya reshuffle. Unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.
Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya, misalnya structure menjadi struktur.
Sesuai dengan pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, penyerapan istilah asing ke bahasa Indonesia boleh dilakukan jika tidak ditemukan padanannya dalam bahasa Indonesia. Kata laundry, misalnya, tidak perlu diserap karena bisa dipadankan dengan kata binatu. Kata mouse bisa dipadankan dengan tetikus, kata download bisa dipadankan dengan unduh, dan kata workshop bisa dipadankan dengan sanggar kerja.
Bahasa Indonesia sangat kaya. Banyak orang yang terkaget-kaget ketika membuka KBBI dan menemukan kosakata yang tidak lazim mereka dengar. Contoh sederhana adalah aktivitas tangan. Selama ini kita mungkin hanya mengenal beberapa kosakata yang melibatkan aktivitas tangan, misalnya mencolek, memukul, menjitak.
Ternyata khazanah kosakata bahasa Indonesia mengenal banyak sekali aktivitas tangan. Siapa yang kenal istilah arih, bongmeh, dan ceku? Ya, istilah-istilah itu juga merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan berbagai macam gerak tangan. Bahkan, menurut Dr. Felicia N. Utorodewo ada 238 kata dalam bahasa Indonesia yang menunjukkan "tangan bergiat" atau berbagai macam gerak tangan.
Oleh sebab itu, sangat naif rasanya ketika kita berdalih bahwa bahasa Indonesia miskin kosakata dan memilih mencampuradukkan penggunaan bahasa Indonesia dengan bahasa asing saat berkomunikasi dengan kerabat dan relasi. Ironisnya, tindakan mencampur aduk bahasa ini menjadi kebanggan tersendiri di kalangan tertentu. Lalu, masihkah kita mencintai dan bangga berbahasa Indonesia?
Sumber: Lampung Post, Rabu, 6 Agustus 2008
No comments:
Post a Comment