Jakarta, Kompas - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia menganugerahkan Penghargaan Sarwono Prawirohardjo kepada ekonom Dr Thee Kian Wie dan Redaktur Senior Harian Kompas Dr Ninok Leksono, Rabu (20/8) di Jakarta. Mereka dinilai berkontribusi besar pada kemajuan ilmu pengetahuan di Indonesia.
Pada saat bersamaan, Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari memberi orasi ilmiah pada acara Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture VIII. Dua kegiatan keilmuan sebagai rangkaian acara Hari Ulang Tahun Ke-43 LIPI itu mengambil nama Sarwono Prawirohardjo, ketua pertama LIPI, sebagai penghormatan atas jasa- jasanya.
”Ini bentuk perhatian terhadap prestasi ilmiah yang bermakna serta dedikasi pada pengembangan institusi ilmiah yang dicapai para ilmuwan Indonesia,” kata Kepala LIPI Umar Anggara Jenie.
Dua orang yang mendapat penghargaan adalah Thee Kian Wie dan Ninok Leksono. Mereka dikenal sebagai ilmuwan yang memberi sumbangan sangat berarti dalam memajukan ilmu pengetahuan di Indonesia. ”Pak Thee, peneliti dalam bidang Ekonomika, dikenal sebagai ahli sejarah ekonomi yang mumpuni, bahkan satu-satunya di Indonesia, telah mendapat pengakuan dari komunitas ilmuwan dari dalam dan luar negeri,” ujar Umar.
Sementara itu Ninok Leksono dikenal masyarakat sebagai penyebar informasi kemajuan iptek di dunia dan di Indonesia lewat media cetak. Ia juga astronom yang mengambil master di bidang teknologi militer dan doktor bidang ilmu politik. ”Karya tulisnya di Harian Kompas seolah jadi penyambung lidah para ilmuwan kepada masyarakat,” kata Umar.
Menurut Ninok, mewartakan dan menulis tentang sains dan teknologi tergolong jalur kurang populer, yang membuatnya jadi a road less travelled.
Bila di awal tahun 1980-an jumlah reporter iptek sangat sedikit, kini hampir semua media mempunyai jurnalis iptek serta ada halaman dan tayangan iptek. ”Sebagai wartawan, cukuplah saya jadi jembatan, medium bagi ilmuwan untuk menyampaikan pesan, dan bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasi kepada ilmuwan,” kata Ninok.
Sementara Thee Kian Wie yang memasuki tahun ke-50 bekerja di Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia-LIPI dan kini menjabat staf ahli Pusat Penelitian Ekonomi LIPI bertekad akan terus berkarya, saling berbagi pengetahuan baru dengan sesama ilmuwan. ”Untuk memajukan iptek di Indonesia, tingkat kesejahteraan para ilmuwan perlu ditingkatkan agar bisa fokus pada kegiatan penelitian,” ujarnya.
Kemandirian iptek
Menkes Fadilah dalam orasinya menyatakan, kemerdekaan pengembangan ilmu ditandai adanya kebijakan yang melindungi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan, anggaran pengembangan ilmu pengetahuan yang lebih besar dibanding dari luar negeri, dan bebas menentukan arah pengembangan riset sesuai kebutuhan nasional.
”Kita harus setara dengan bangsa lain dalam pengembangan iptek,” kata Fadilah. Sejauh ini, penguasaan iptek jadi pintu penindasan bangsa maju terhadap bangsa yang belum maju. Misalnya, mekanisme pengiriman sampel virus yang diberlakukan WHO selama puluhan tahun, virus dari negara berkembang yang dikirim ke WHO justru dikembangkan sebagai vaksin oleh negara kaya untuk kepentingan komersial.
Maka dari itu, semua pihak harus bangkit mengembangkan ilmu pengetahuan secara sistematis demi kepentingan bangsa sendiri. ”Saya berharap LIPI sebagai lembaga ilmu pengetahuan benar-benar merdeka, berdaulat dan bermartabat, dan jadi garda bangsa. Meski telah berjalan dalam koridor benar, LIPI belum bisa mengembangkan ilmu pengetahuan sepesat yang kita harapkan,” ujarnya. (EVY)
Sumber: Kompas, Kamis, 21 Agustus 2008
No comments:
Post a Comment