[JAKARTA] Satu negara yang tidak mempunyai kebudayaan adalah sama dengan seseorang tanpa jiwa. Oleh sebab itu, budaya menjadi sangat penting bagi kehidupan bangsa. Dengan demikian, bangsa yang jika tidak mempunyai suatu kebudayaan, maka bangsa tersebut juga tidak mempunyai arah dan tujuan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Pembina Festival Jak Art, Ary Sutedja, saat menggelar jumpa pers, untuk memberikan informasi agenda acara Jak Art, di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Senin (4/8). Tahun ini pun, setelah kami menganalisis dan mengevaluasi berbagai hal mulai dari kelebihan dan kekurangan-kekurangan dari festival Jak Art itu sendiri, maka kami tidak akan pernah tahu apakan untung atau rugi jika kami mengadakan ataupun tidak mengadakan festival JakArt ini. Maka dari itu, setelah ditimbang-timbang, kami berkeputusan bahwa akan lebih rugi jika kita tidak mengadakan festival Jak Art.
"Oleh sebab itu, dengan segala keterbatasan kami dan segala kemampuan kami, kami putuskan untuk menghidupkan kembali festival JakArt ini, yaitu kembali ke tempat asal mulanya, yaitu di Jakarta.
Adapun, tema yang kami ambil adalah suatu tema yang relevan dengan keadaan kita saat ini, yaitu dilarang, dilupakan, dan diabaikan. Intinya adalah bahwa kami ingin mengangkat sampai sejauh mana seni budaya mendapat perhatian dan sampai sejauh mana tantangan-tantangan itu ada dan dapat disikapi," ujarnya.
Melihat pengamatan terakhir dari hasil festival Jak Art yang dimulai sejak 2001 lalu, Ary Sutedja sendiri belum melihat adanya suatu kemajuan yang cukup penting dalam bidang kesenian, yaitu dukungan untuk seni itu sendiri secara langsung dan yang lebih penting adalah kebijakan untuk mendukung seni budaya, yang belum mendapatkan perhatian.
"Tahun ini, kami juga telah membuat sebuah konsep, yaitu If (andaikan saja) dalam festival JakArt tahun ini. Konsep ini adalah suatu konsep karya seni, yang sudah kami presentasikan baik di Indonesia maupun di luar negeri di berbagai festival," tambahnya.
Ada tiga tema besar yang diadakan di festival JakArt tahun ini, yaitu real, if, dan if real, yang akan dilaksanakan mulai dari tanggal 1 sampai 31 Agustus. Program JakArt tahun ini, selain mengadakan program yang biasa sudah dilakukan (real), seperti halnya pementasan dan pertunjukan di beberapa tempat, juga ada program if, yang nantinya diharapkan akan menstimulasi pola pikir publik untuk melihat.
Kurang Tanggapan
Sementara itu, Radhar Panca Dahana, yang juga pembina festival Jak Art mengatakan, hampir 40 direktur eksekutif dari festival-festival besar di manca negara hadir di Indonesia untuk menghadiri festival JakArt.
"Mereka sendiri telah memberikan apresiasi yang sangat dalam dan baik kepada semua hal yang telah dilakukan oleh JakArt. Namun, sangat disayangkan justru apresiasi tersebut sebaik itu justru tidak datang dari masyarakat kita sendiri, baik dari masyarakat umum maupun masyarakat seniman," ujarnya.
Radhar mencontohkan, beberapa acara JakArt yang dimulai dari pembukaan festival sampai saat ini, kurang sekali dihadiri oleh para seniman itu sendiri, yang justru menurutnya sangat mempunyai kepentingan di festival tersebut.
"Mudah-mudahan festival JakArt ini bisa menjadi proyeksi besar bagi pola hubungan antar seniman di negeri kita," tambahnya. [VAS/U-5]
Sumber: Suara Pembaruan, Selasa, 5 Agustus 2008
No comments:
Post a Comment