TEMPO Interaktif, BANDUNG: Puluhan Filolog atau peneliti naskah kuno dari dalam dan luar negeri dalam sepekan ini mengelar pertemuan Internasional di Kampus Universitas Padjajaran Bandung. Mereka akan membedah naskah-naskah kuno di Indonesia dalam Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara di Graha Sanusi Hardjadinata, Jalan Dipatiukur, Bandung hingga 7 Agustus mendatang.
Simposium ini merupakan rangkaian acara musyawarah nasional ke-4 Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Mannasa). Pada acara ini juga dipamerkan contoh-contoh naskah kuno dan benda-benda kuno seperti replika batu tulis yang dipinjam dari Museum Sri Baduga, proses pembuatan pemahatan aksara di tunggul kayu jati dan proses pembuatan kertas saeh yang biasa dipakai dalam penulisan naskah kuno
Pembukaan symposium dilakukan kemarin oleh Rektor Unpad Ganjar Kurnia. Dalam sambutannya, Ganjar mengatakan keberadaan naskah (Naskah Nusantara) kurang menyentuh masyarakat secara umum.
Ganjar juga menilai selama ini setiap berbicara naskah, kelihatannya lebih banyak terkait dengan aspek-aspek kesejarahan, dan aspek-aspek kebudayaan yang lainnya. “Keberadaan naskah ini bisa jadi kurang banyak menyentuh masyarakat secara umum, banyak orang yang kurang paham dengan naskah,” kata Ganjar.
Padahal, menurut Ganjar, banyak naskah-naskah yang terkait dengan kehidupan kita di masa kini. Di daerah Sunda saja misalnya, ada naskah tentang obat-obatan, yang menjelaskan bagaimana orang jaman dahulu mengobati penyakit dengan menggunakan obat-obatan herbal. Ada juga hal-hal yang berkaitan dengan sistem pemerintahan, sistem ketatanegaraan, dan nilai-nilai pada jaman dulu yang mungkin masih diperlukan sampai sekarang.
Ganjar juga menjelaskan selama ini naskah yang banyak digarap adalah naskah-naskah kuno yang berkaitan dengan sejarah. Ini menurutnya juga penting terutama kaitannya dengan nilai. “Ketika bahasa ibu mulai ditinggalkan, kelihatannya fungsi bahasa sebagai alat penyampai nilai-nilai belum juga terpenuhi oleh bahasa Indonesia,”tambahnya.
Karena itu, menurut Ganjar, naskah harus menjadi bahan perhatian kita bersama. “Kesimpulannya adalah bagaimana kita bisa memasyarakatkan naskah terutama yang bisa menambah wawasan pengetahuan,”katanya.
Widiarsi Agustina /Adelheid Sidharta
Sumber: Tempo Interaktif, Selasa, 05 Agustus 2008
No comments:
Post a Comment