Thursday, August 14, 2008

Hakikat Sastra Sebagai Karya Seni Tereduksi

BATU, MALANG, RABU--Pemerhati sastra Universitas Negeri Malang (UM) Drs. Misbahul Amri, M.A menyatakan, hakikat sastra sebagai karya seni sekarang ini mulai tereduksi, karena sastra hanya menjadi alat penerus dan pembentuk watak anak.

"Hal itu sebagai dampak negatif dari pembelajaran sastra dalam dunia pendidikan baik di Indonesia maupun di negara lain yang tidak pernah lepas dari ideologi, politik kebudayaan dan kanonisasi yang dilakukan oleh perangkat negara," katanya disela-sela Konferensi Internasional Kesusastraan XIX di Batu, Jawa Timur, Rabu.

Dosen sastra UM itu mengakui, sastra yang masuk dalam kurikulum dan diajarkan di sekolah-sekolah formal adalah sastra yang telah dipercaya tidak bertentangan dengan ideologi dan politik kebudayaan penguasa.

Ia mengatakan, semua itu dilakukan dengan asumsi bahwa kaum muda memiliki posisi strategis, karena mereka akan menjadi penerus bangsa dan pemimpin masa depan dan sastra dipandang sebagai salah satu alat untuk membentuk moral generasi muda.

Oleh karena itu, katanya, sastra yang dinilai tidak sejalan dengan ideologi dan politik kebudayaan penguasa menjadi tersingkir, terlarang bahkan diabaikan.

Pada kesempatan itu Amri juga menyoroti pembelajaran dan ujian dengan Standar Nasional terutama untuk Mata Pelajaran (Mapel) Bahasa Inggris padahal siswa dan masyarakat secara umum masih banyak yang belum benar dalam menggunakan ataupun pengucapan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.

Amri juga mengkhawatirkan kondisi bahasa yang terus berkembang sebagai konsekuensi arus globalisasi akan berpengaruh kuat bahkan mampu melunturkan nasionalisme masyarakat Indonesia termasuk meninggalkan budaya dan nidentitas bangsa sendiri. "Kalau tidak kita mulai dari sekarang kapan lagi kita membangkitkan semangat dan menanamkan rasa cinta, nasionalisme serta identitas bangsa melalui sastra," katanya.

Sementara itu Konferensi Internasional Kesusastraan XIX yang berlangsung di Hotel Asida Batu mulai 12 hingga 14 Agustus 2008 dan Konferensi yang sama tahun 2009 masih belum diputuskan tempatnya, namun ada tiga daerah alternatif yakni Bandung, Bangka Belitung dan Bali.

Peserta dari luar negeri yang hadir dalam Konferensi Internasional Kesusastraan XIX tersebut berasal dari Singapura, Malaysia, Philipina, Jepang, Brunei Darussalam, Jerman dan Thailand.(ANT)

JY

Sumber: Kompas Entertainment, Rabu, 13 Agustus 2008

No comments: