[JAKARTA] Cerita rakyat diwariskan dari generasi ke generasi. Selain menghibur, cerita rakyat juga membawa pesan banyak moral dan nilai-nilai norma. Tetapi sayang, cerita rakyat justru sering diperalat untuk urusan ideologi dan bisnis. Bahkan, cerita rakyat sering dikaitkan dengan Pancasila, sehingga tidak lagi bertujuan menghibur anak.
Pak Raden mendongeng dalam Festival Bercerita ASEAN di Jakarta,baru-baru ini. (SP/Arnold H Sianturi)
"Upaya ini yang sering dilakukan oleh penerbitan-penerbitan, terlalu dibesar-besarkan, dan sama sekali bersifat tidak mendidik. Sasarannya adalah kepentingan bisnis. Hal ini bisa dilihat di akhir cerita di dalam buku tentang cerita rakyat," ujar Ketua Pencinta Bacaan Anak (KPBA) DR Murti Bunanta kepada SP di Jakarta, baru-baru ini.
Murti Bunanta mengatakan dampak dari memperalat cerita rakyat dengan alasan warisan bangsa menyebabkan salah persepsi. Cerita rakyat dibawakan tanpa mempertimbangkan kualitas penceritaan kembali, akhirnya menyebabkan cerita rakyat dihujat. Pada akhirnya, bukan orang yang menuliskan kembali cerita rakyat itu dihujat, melainkan si penulis cerita pertama.
"Seharusnya anak dibiarkan berkembang dengan sendirinya. Cerita rakyat jangan diperalat lewat buku cerita, apalagi sampai ada kalimat bahwa buku ini bisa menjadikan anak seorang Pancasilais, bermoral, menjadi penurut terhadap orangtua ataupun bertambah pintar. Hal ini yang justru mengaburkan legenda dari cerita rakyat," katanya.
Permasalahan cerita rakyat di banyak tempat itu menjadi bahasan dalam Seminar Cerita Rakyat Asean yang diselenggarakan Kelompok Pencinta Bacaan Anak (KPBA) di Jakarta, baru-baru ini. Pada hari sebelumnya, KPBA juga menyelenggarakan Festival Bercerita ASEAN.
Menurut Murti, upaya memperalat cerita rakyat merupakan tindakan berlebihan. Tindakan ini justru tidak akan mampu menanamkan ideologi negara. Hal itu bertolak belakang dengan cerita rakyat sebenarnya yang berperan dalam pendidikan anak. Upaya tersebut juga harus didukung dengan penerbitan cerita rakyat.
Sementara itu, ilustrator asal Malaysia, Yusof Gajah menyebutkan, cerita rakyat sangat menunjang anak-anak membentuk mental agar lebih percaya diri. Membawakan cerita dongeng disertai dengan boneka ataupun ilustrasi gambar lebih efisien diberikan kepada anak-anak bila dilakukan dengan cara lain.
"Cerita rakyat selalu disenangi oleh anak-anak. Hal ini dapat disampaikan oleh orangtua kepada anaknya saat sedang bersantai, atau ketika anak hendak mau tidur. Cerita rakyat ini membawa pesan moral, selain memberikan pendidikan serta pengetahuan," katanya. [AHS/U-5]
Sumber: Suara Pembaruan, Jumat, 8 Agustus 2008
No comments:
Post a Comment