Wednesday, August 27, 2008

Buku "The Arts and Craft": Upaya Promosi Budaya Indonesia di Mata Dunia

[JAKARTA] Pengenalan kebudayaan yang dimiliki Indonesia ke masyarakat luar negeri sangat dibutuhkan untuk mendongkrak eksistensi khazanah budaya yang dimiliki selama ini. Indonesia sebagai salah satu negara yang punya kebudayaan dan kekayaan alam melimpah sudah sepatutnya juga mampu menjaga dan mengembangkannya. Semua ini membutuhkan perhatian dan niat seluruh lapisan masyarakat, terutama anak muda sebagai generasi penerus bangsa.

Joop Ave (sp/ruht semiono)

Hal itu disampaikan mantan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi, Joop Ave, dalam peluncuran bukunya berjudul The Arts and Craft of Indonesia, di Jakarta, baru-baru ini. Dia menjelaskan, daerah-daerah penghasil kerajinan tangan yang tersebar di seluruh pelosok nusantara harus bisa memperkenalkan hasil kerajinan tangannya ke masyarakat luas, terutama masyarakat luar negeri, karena efek jangka panjangnya mampu menyedot turis asing yang akan masuk ke Indonesia.

Oleh karena itu, sebagai salah satu orang mempunyai komitmen kuat memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia ke luar negeri, dia akan selalu membantu melalui buku yang ditulis dalam bahasa Inggris ini.

"Saya sengaja menulisnya dalam bahasa Inggris, karena memang sasaran utamanya adalah masyarakat luar negeri. Penyusunan buku ini juga didorong rasa keprihatinan saya karena di luar negeri sedikit sekali buku yang berisi pengenalan kebudayaan Indonesia," ucapnya.

Menurut Joop, dalam buku tersebut lebih banyak menceritakan cara membuat berbagai macam kerajinan tangan khas Indonesia, dari yang sederhana sampai yang rumit. Sebagai contoh, dia memperkenalkan bagaimana cara membuat gerabah yang sederhana, sampai pembuatan wayang dan ukiran yang agak rumit. Selain itu, tidak ketinggalan pengolahan kain-kain tenun.

"Melalui buku ini, saya kupas habis berbagai macam kerajinan dari daerah-daerah di Indonesia. Saya harap bagi orang asing yang tinggal di Indonesia dan membaca buku ini akan semakin mencintai Indonesia, dan bagi orang asing yang tinggal di luar negeri akan mau datang ke Indonesia untuk mempelajari sendiri lebih jauh," tambahnya.

Tugas Setiap WN

Menurut Joop, usia bukanlah menjadi halangan bagi siapapun untuk tetap semangat mengenalkan kebudayaan bangsa Indonesia. Semua itu sudah menjadi tugas setiap warga negara untuk memperkenalkan budaya Indonesia kepada dunia luar. Di samping punya banyak kebudayaan yang unik, Indonesia juga mempunyai kekayaan alam yang melimpah.

Joop Ave menegaskan, justru saat ini yang sedang terjadi adalah tarik menarik kebudayaan antar bangsa. Sekarang bukanlah saat yang tepat untuk saling menuding kepada negara-negara tetangga menyangkut asal kebudayaan yang dimiliki.

"Bila kebudayaan kita seperti batik, reog, dan banyak lagi yang diakui oleh negara lain tidak sepatutnya kita marah. Semua itu sudah terlambat. Biarkan orang lain yang menilai apakah itu milik Indonesia atau bukan. Oleh karena itu, untuk mencegah agar kejadian tidak berulang dibutuhkan peran semua pihak, baik dari pemerintah maupun masyarakat Indonesia sendiri untuk segera memperkenalkan kebudayaan yang sudah dimiliki," katanya.

Joop juga mengaku sengaja turun langsung ke daerah-daerah industri kecil pusat kerajinan tangan di Indonesia untuk mempelajari apa yang saat ini dibutuhkan oleh perajin.

"Ternyata keadaan pasar kita lemah. Itu yang membuat industri kerajinan tangan lokal sulit untuk maju. Coba bayangkan, untuk satu buah wayang kulit, yang proses pengerjaannya cukup rumit dan lama hanya dihargai beberapa ribu rupiah," tuturnya.

Keadaan pasar yang tidak sesuai harapan itu, menurutnya banyak disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kurangnya penghargaan atas hasil karya bangsa sendiri. Saat ini, kita lebih mengagung-agungkan kebudayaan bangsa lain, yang dianggapnya lebih baik dari kebudayaan sendiri.

"Yang patut dicatat, bila awalnya bukan kita sendiri yang bisa menghargai kebudayaan kita, lantas bagaimana bangsa lain mau menghargai kebudayaan Indonesia? Intinya sangat kurang appreciate bangsa kita terhadap kebudayaan sendiri. Persepsi itulah yang harus kita ubah. [YRS/U-5]

Sumber: Suara Pembaruan, Rabu, 27 Agustus 2008

No comments: