BANYAK Pintu Menuju Sastra, begitulah motto para penggerak acara Pasar Malam (Paguyuban Sastra Rabu Malam) yang digelar tiap Rabu akhir bulan.
Diskusi novel Doni Anggoro di Pasar Malam (Paguyuban Sastra Rabu Malam) di Warung Apresiasi, Rabu (29/7) (Jodhi Yudono/kompas.com)
Menurut Yohanes Sugiyanto yang bertindak sebagai koordinator acara, Pasar Malam diaselenggarakan sebagai wadah bagi para pelaku sastra untuk saling kenal, saling belajar, dan saling berapresiasi karya sastra berupa puisi atau karya sastra lainnya.
"Di Jakarta ini ada tiga komunitas kesenian yang dianggap berwibawa (Bentara Budaya, Utan Kayu, dan TIM), sehingga para penulis merasa minder untuk merambah tempat-tempat tersebut, sehingga kami ingin membangun sebuah komunitas satra yang lebih cair, yang bisa didatangi para penulis pemula," ujar Yohanes yang juga bekerja sebagai PR di Bogasari.
Komunitas Pasar Malam, ungkap Yohanes, berisi para penulis senior dan pemula yang memiliki beragam profesi. Misalnya, Budi Setiawan yang pada acara Pasar Malam, Rabu (30/7) di Warung Apresiasi Bulungan (Jaksel) menjadi MC, berprofesi sebagai pegawai negeri sipil di Departemen Keuangan, Akmal Jiwa (wartawan) dan lain-lain.
Lantaran digelar secara cair, Yohanes dan kawan-kawan pun mempersilakan berbagai kesenian untuk mengisi panggung Reboan itu. Ada musik, teater, dan baca puisi tentunya. Itulah soalnya, acara pertama Sastra Reboan kali ini menyajikan dua musisi beraliran tekno dengan vokal gaya metal bernama Elek Yo Ben.
Ada juga acara bedah puisi karya Sudarmadi "Jejak Sajak" oleh Adri Darmaji Woko, lafalisasi novel Lanang karya Yonathan Raharjo oleh Badri IQT, musikalisasi puisi oleh Suku Kulit Muka, pembacaan puisi oleh Matdon, Yopi Setia Umbara, Ana Mustamin, Epri Tsaqib, dan Nurdin Achmad Zacky, diskusi novel Doni Anggoro, dan penampilan band The Stranger.
Sedemikian terbukanya acara yang digelar pada Pasar Malam, sehingga tak membatasi pengisi acara yang mendadak muncul. Pun pada Rabu yang lalu itu, tiba-tiba penyair Asya dan kawan-kawan memperkenalkan antologi puisi Menggemgam Cahaya. Dilanjutkan pembacaan tiga puisi oleh Teguh Esha, Sihar Ramses Simatupang yang membacakan dua puisi.
Dan bagai pasar malam yang bersuasana egaliter itu, acara ini juga amat jauh dari kesan formal. Maka di atas meja para pengunjung pun tersedia ubi goreng, kacang goreng, serta tentu saja teh dan kopi yang disediakan secara gratis hasil patungan para anggota komunitas.
JY
Sumber: Kompas Enternainment, Jumat, 1 Agustus 2008
1 comment:
yah... biar aja lah mbak/mas hehhe... blognya nggak dipasangi iklan. ini kan cuma kerjaan iseng yang kali-kali ada gunanya.
Post a Comment